[FF] Kimi no Tame ni. Chapter 3

Sudah tiga bulan Junho dan SooIn berpacaran. Mereka tidak seperti pasangan biasa karena sekalipun mereka belum pernah berkencan. SooIn harus bekerja dari pagi sampai sore, sedangkan Junho tidak punya waktu untuk bertemu dengan SooIn diluar dari jam kerjanya di kafe, dan pada malam hari Junho selalu mendapatkan tugas dari Jaejoong/Yoochun. Tetapi pengecualian untuk hari ini, karena Jaejoong telah membiarkannya libur dan menyuruhnya untuk mengajak SooIn kencan. Bahkan Jaejoong telah memberikannya dua tiket menonton di bioskop untuknya. Mendengar ajakan Junho, SooIn tanpa ragu menerima ajakan Junho dan kini mereka ada di Taman Hiburan setelah menonton bioskop.

“Aku mau naik ituuuuu!!!” rengek SooIn pada Junho sambil menunjuk ke sebuah Ferris Wheel. “Iya, iya… habiskan dulu es krimnya baru kita kesana” ujar Junho sambil mengelus kepala SooIn. Junho kini sangat menyayangi SooIn, seiring waktu berjalan banyak sifat-sifat SooIn yang terbuka. Ia kini tahu bahwa SooIn yang terlihat dewasa, tegar dan mandiri bisa berubah 1800 menjadi manja dan kekanakan, dan dia sama sekali tidak keberatan dengan sisi SooIn yang seperti ini. Sedangkan satu-satunya perubahan di diri Junho yang dirasakan oleh SooIn adalah; dia lebih terbuka dan lebih sering tersenyum dibandingkan dengan yang dulu.
Segera setelah mereka menyelesaikan es krim mereka, SooIn menyeret Junho ke Ferris Wheel dan ikut mengantre. Tak berapa lama mereka berada di dalam Feriss Wheel, duduk berdekatan. Perlahan-lahan roda itu berputar ke atas dan keindahan pemandangan malam kota Seoul memukau mereka.
“Uwaaaaahh~~” mata SooIn berbinar-binar melihat kelap-kelip cahaya di hadapannya. Junho menggelengkan kepalanya, mengagumi betapa kekanak-kanakan wanita yang berada di sampingnya.
“SooIn-ah”
“Hm?”
“Apa yang membuatmu menyukaiku?”
“Hm… sejak pertama kali aku melihatmu, aku merasa kalau aku harus bersamamu. Lalu perasaan itu menguat setelah melihat kebaikanmu, ketulusanmu, kebodohanmu juga” ledek SooIn, Junho tersenyum. “Lalu kenapa kamu menerimaku? Apa karena melihat kegigihanku? Atau karena kecantikanku? Atau karena semuanya?” tanya SooIn balik, kali ini Junho mencubit pipinya gemas. “Karena kamu wanita paling cantik, gigih, manis, narsis dan cerewet yang pernah kutemui”. Tawa mereka terhenti saat tiba-tiba Ferris Wheel berhenti bergerak karena listrik mati. Tepat saat posisi mereka berada di paling atas, berada di atas tanah sejauh beberapa ratus meter dan terjebak di dalam ruangan yang gelap, angin kencang yang bertiup membuat kubus itu terus bergoyang, SooIn pun menjerit panik. Melihat SooIn yang ketakutan, Junho langsung merangkulnya dan mendekapnya dengan erat. “Tenang, selama ada aku kamu aman” ucap Junho. Kepala SooIn berada tepat di dekat dada Junho yang bidang, telinganya bisa mendengar bunyi detakan jantung Junho, wajah SooIn memerah dan jantungnya berdebar cepat. “Aku akan memegangmu sampai benda ini bekerja lagi” bisik Junho, SooIn mengangguk pelan.

“SooIn-ah, apa kamu masih ingat dengan kata-kataku sesaat setelah kita jadian? Tentang jika aku menghilang, maka kamu harus meneruskan hidupmu tanpaku” tanya Junho. Tanpa melihat, Junho merasakan SooIn menganggukkan kepalanya pelan. “Apa kamu tidak penasaran mengapa aku mengatakan hal seperti itu?” tanya Junho lagi, kali ini SooIn menggelengkan kepalanya. Junho melepaskan pelukannya dan memandang SooIn “Kenapa? Apa karena kamu tidak peduli padaku?”. Walaupun gelap, tapi dari nada bicara Junho, SooIn membaca rasa ketidakamanannya.“Ani, bukan karena aku tidak peduli, tapi karena aku yakin. Aku yakin kamu tidak akan menghilang semudah itu, kamu kan Junho-ku” jawab SooIn dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya. Junho mengelus kepala SooIn dan SooIn tersenyum manja “Kamu ini...”. “Lalu bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Jika aku yang menghilang tiba-tiba, apa kamu akan melanjutkan hidupmu begitu saja?” tanya SooIn penasaran. “Tidak, aku akan mencarimu kemanapun. Bahkan jika aku harus mengacak-acak seisi dunia ini untuk menemukanmu” jawab Junho dengan yakin. Jawaban Junho membuat SooIn ingin mengetesnya lebih jauh “Hm… jika kamu tidak menemukanku? Jika ternyata aku tidak ada di dunia ini lagi bagaimana?”.

“Kemana? Jika memang di dunia ini tidak ada kamu lagi, maka aku akan pergi ke dunia dimana ada kamu” jawab Junho. SooIn mencubit perut Junho sambil tertawa “Aigo, sejak kapan kamu jadi sweet talker begini… gombal”. Sambil mengelus perutnya yang sakit akibat dicubit, Junho menjawab “Ingat saja kata-kataku, aku akan selalu bersamamu sampai kamu muak dan menendangku pergi”. SooIn tersentak kaget dan tertawa “Omo! Kamu sebegitu mencintaiku?”. Junho tersenyum nakal lalu menarik SooIn ke pelukannya dan berbisik di telinganya “I’m head over heels for you. Saranghae”. Dua pasang mata yang saling berpandangan, tangan yang saling bertaut dan nafas hangat Junho yang bisa dirasakan berhembus diatas tengkuk SooIn. Melihat Junho yang memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya perlahan kearahnya, SooIn menutup matanya sambil memegang dadanya yang terasa berdebar kencang. Di tiap detik yang berlalu, jarak antara mereka semakin menipis dan tepat disaat nafas Junho bisa dirasakan di wajah SooIn…

GREK GREK

Roda Ferris Wheel itu kembali bekerja dan alhasil Junho tidak berhasil mendaratkan bibirnya di bibir SooIn, melainkan ke hidungnya, dan karena gerakan kasar yang tiba-tiba dari alat itu kepala mereka saling terantuk dalam seketika rusaklah atmosfir sempurna tadi. SooIn tersipu malu, wajahnya yang merona kini terlihat jelas dibawah lampu yang sudah kembali menyala, Junho menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum. Untuk kedua kalinya mereka gagal melakukannya, Junho tak habis pikir kenapa selalu saja ada yang terjadi tiap kali mereka ingin berciuman.
Setelah taman hiburan tutup (dan mereka harus ditegur oleh pengelolanya karena tidak juga pulang) Junho mengantarkan SooIn pulang kerumahnya dengan mobil yang ia pinjam dari Jaejoong. “Sampai jumpa besok” ucap Junho setelah mengantar SooIn sampai ke depan pintu rumahnya. “Iya, hati-hati di jalan” ujar SooIn. Junho memegang tangan SooIn dan mencium keningnya “Jalja”. SooIn mengangguk dan melambaikan tangannya kearah figur Junho yang berjalan ke mobilnya sambil tetap memandangi SooIn (jadi Junho jalan mundur). Saat Junho sudah masuk mobil dan pergi, SooIn merogoh tasnya untuk mengambil kunci rumahnya dan membuka pintunya. Saat ia sudah berada di dalam rumah dan ingin menutup pintunya kembali seseorang membekap mulutnya “Berteriak maka kamu mati” ancam pria itu, ia pun menyeret SooIn ke ruang TV.

Disana telah menunggu seseorang dengan yang memakai kacamata dan memiliki sepasang kaki yang panjang duduk diatas sofanya, dengan beberapa orang lainnya yang bertubuh besar berdiri disampingnya. Pria itu berdiri, lampu rumah SooIn yang memang hanya remang-remang tidak cukup untuk membuat SooIn melihat wajah pria itu dengan jelas “Park SooIn-sshi, perkenalkan aku Shim Changmin”. Pria itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. SooIn memandangnya dengan curiga dan takut, sampai-sampai ia tak berani menjabat tangan pria itu. “Tidak usah takut padaku, aku tak akan menyakitimu karena yang kuinginkan bukan kamu, tapi Park Yoochun”. 
 

0 komentar:

Post a Comment