[FF] Kimi no Tame ni. Chapter 1

Main Casts : 
1. Lee junho (2 PM)
2. Park SooIn (OC)

Side Casts : 1. Park Yoochun (DBSK)
2. Kim Jaejoong / Hero (DBSK)
3. Kim Junsu (DBSK)
4. Shim Changmin (DBSK)
5. Lee Taemin (SHINee)
6. Nichkhun Horvejkul (2 PM)


SooIn’s POV
Sudah satu bulan ini aku terus datang ke ‘One’, sebuah kafe di dekat kantorku. Alasannya bukan hanya karena makanannya yang enak, tapi juga karena seseorang disana telah menarik perhatianku. Aku, Park SooIn yang selama ini menganggap cinta itu merepotkan dan sebaiknya dihindari, telah dibuatnya menelan kata-kataku sendiri. Seseorang dengan mata sipit, tubuh tegap dan senyum yang menawan. Seseorang yang pernah membantuku ketika aku diserang preman di jalan saat aku pulang lembur dari kantor. Lee junho. Dia bekerja di One sebagai seorang pelayan. Aku sudah berkali-kali mengajaknya kencan tapi dia terus menolakku. Sampai sekarang aku tidak mengerti, padahal aku lumayan cantik, ya… setidaknya cocok untuk berdiri di sampingnya. “Huff…” aku menghela nafas panjang. “Maaf ya, SooIn-sshi…” ucap Junho sambil sedikit menundukkan kepalanya dan meninggalkan mejaku.

Ahh… lagi-lagi aku ditolak. Ini sudah ke-23 kalinya sejak aku bertemu dengannya. Aku menundukkan kepalaku dan memandang pangkuanku. Sebenarnya apa yang salah denganku? Sepertinya aku tidak kekurangan apapun, atau mungkin ada sesuatu di diri Junho? Sesuatu yang membuatnya tidak ingin memiliki hubungan percintaan dengan siapapun. Apa ada sesuatu seperti itu? Oh, jangan-jangan Junho phobia jatuh cinta? Err, apa itu istilahnya… Philophobia!

“SooIn-sshi~” seseorang memanggilku dari belakang. “Ah, Jaejoong-sshi annyeong” sapaku padanya. Jaejoong bekerja sebagai chef di kafe ini, dan harus kuakui kue buatannya lebih enak dari kue buatanku. Jaejoong tersenyum manis “Menemui Junho lagi?. Aku mengangguk. “Ditolak lagi?” tanya Jaejoong lagi. Aku menganggukkan kepalaku lagi. Ini sudah ke-21 kalinya dia mempertanyakan hal seperti ini padaku. “Aww… jahat sekali sih Junho itu” ujarnya. Kulihat dari kejauhan Junho menghentikan langkahnya lalu bersin beberapa kali. “Jaejoong-sshi, apa boleh aku tanya sesuatu?” tanyaku pada Jaejoong. “Tentu, apa?” ucapnya sambil menyilangkan kedua lengannya dan memandangku. “Junho itu… tidak philophobia kan?” tanyaku.

Jaejoong mengernyitkan alisnya sambil berpikir sejenak tidak beberapa lama kemudian dia tertawa sambil menutupi mulutnya dengan telapak tangannya. “Tidak, tidak… dia tidak phobia cinta” lalu Jaejoong tersenyum. Jaejoong-sshi itu manis, baik dan ramah tapi sayang hatiku sudah milik Junho hehe. “Jangan menyerah ya, SooIn-sshi” ucap Jaejong sambil menepuk pundakku. “NE! Aku tidak akan menyerah! HWAITING!” seruku sambil mengepalkan tanganku ke udara. Dalam sekejap beberapa pasang mata tertuju ke arahku, memandangku dengan aneh. Ya Tuhan aku malu sekali “Cheosunghamnida.. cheosunghamnida” ucapku sambil menundukkan kepalaku ke arah mereka. Kulihat Jaejoong kembali tertawa melihat tingkahku “Nde, hwaiting!” ujarnya. Lalu ia melambaikan tangannya dan kembali ke dapur tempat dia bekerja.

Hmm… mungkin… aku harus menyelidiki hal ini sendiri. Ya! Aku harus menyelidiki ini, aku akan mengikuti Junho setelah kafe ini tutup. Mungkin dengan begitu aku bisa mengetahui hal apa yang menyebabkan Junho terus menolakku. Sudah diputuskan! Aku akan mebuntuti kemanapun Junho pergi, mulai dari sore ini. Jika 1 hari tidak cukup maka aku akan terus mengikutinya sampai akhirnya aku menemukan jawabannya! Hahaha aku pintar~ eh, tapi… bukankah menjadi stalker itu perbuatan kriminal? Ah tidak apa-apa aku jadi kriminil, yang penting aku bisa mendapatkan Junho~ hehe.
~|~|~|~
Author’s POV
Kafe One, terkenal sebagai kafe dengan cake dan pastry mereka yang enak dan juga pelayan-pelayan yang bekerja disana. Semua pekerja disana adalah pria berwajah tampan dan bertubuh atletis. Setiap hari kafe ini dikunjungi oleh banyak orang terutama kaum hawa. Memang dari luar kafe ini terlihat seperti kafe yang biasa-biasa saja, yang berbeda dari kafe ini adalah pekerjaan sampingan dari para pelayannya. Di malam hari, mereka akan berubah dari pelayan-pelayan yang manis menjadi sekelompok pembunuh berdarah dingin.

“Umma, apa kamu melihat pisau belatiku?” tanya Nichkhun pada Jaejoong. “Hm? Tadi aku melihatnya di atas meja di kamarmu… coba cek lagi” jawab Jaejoong sambil tetap mengelap pistol AK-47 miliknya. “Hei emperor~” Junsu mengacak-acak rambut Junho lalu mendaratkan butt agak terlalu besarnya ke sofa. Sofa yang maksimal untuk 4 orang pun terasa terlalu penuh karena diduduki oleh 2 orang berpantat berlebihan dan 2 orang berukuran standar. “Aish Junsu-hyung sempit” keluh Junho sambil menggeser-geserkan posisinya agar muat. “Aku tergenceeet, astaga umma toloong~” teriak Taemin yang terperangkap diantara Junsu dan Junho. “Aku juga tergencet Taemin-ah” ucap Jaejoong sambil berusaha melepaskan diri dari sofa yang overload. Saat telepon genggam Jaejoong bergetar di saku celananya, Junho tertawa geli “Haha, umma hp-mu bergetar.. haha”. Jaejoong dengan sigap mendorong tubuhnya keluar dari himpitan antara sofa dengan tubuh Junho dan mengangkat teleponnya “Halo, sajangnim”.

“Hello, Jaejoong” ujar penelepon itu dengan bahasa Inggris “Ada misi untukmu, cek e-mailmu sekarang aku sudah mengirim data-datanya” sambungnya. “Ne, akan kulaksanakan” jawab Jaejoong singkat. “Oh ya, Jaejoong hyung…bilang pada anak-anak aku akan mampir akhir minggu ini” nada bicara penelepon itu terdengar bersahabat. “Iya, akan kusampaikan Chunnie” jawab Jaejoong. Setelah mengucapkan terimakasih, Yoochun menutup teleponnya. Park Yoochun, adalah boss mereka yang juga adalah sahabat Jaejoong dan Junsu sejak masa SMA. Walaupun mereka bersahabat, tapi mereka dapat memberi batas jelas antara persahabatan dan bisnis.Diluar pekerjaan, Yoochun telah menganggap Jaejoong dan member Rising lainnya sebagai saudaranya sendiri. Karena itu para member Rising juga menyayangi Yoochun seperti Yoochun menyayangi mereka.

0 komentar:

Post a Comment