R. A. Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.
Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.
Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.
Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya.
Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional.
Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.
Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya.
Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.
Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi.
Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.


Referensi :
- http://chrissanta.wordpress.com
- http://www.dapunta.com/raden-ajeng-kartini-1879-1904.html

NB : Buat orang-orang bego diluar sana yang bilang kalau emansipasi wanita itu adalah buatan orang barat untuk cuci otak orang Indonesia : F*ck off!! tolong cek otak anda, kalau emang emansipasi wanita mengharuskan wanita untuk ngangkat karung beras sendiri, ngangkat kulkas sendiri, kalau gitu cowo gw suruh hamil dan ngelahirin sendiri!!! emansipasi kan??? sama kan cowo-cewe??

Teori Graf

Dalam matematika dan ilmu komputer, teori graf adalah cabang kajian yang mempelajari sifat-sifat graf. Secara informal, suatu graf adalah himpunan benda-benda yang disebut simpul (vertex atau node) yang terhubung oleh sisi (edge) atau busur (arc). Biasanya graf digambarkan sebagai kumpulan titik-titik (melambangkan simpul) yang dihubungkan oleh garis-garis (melambangkan sisi) atau garis berpanah (melambangkan busur). Suatu sisi dapat menghubungkan suatu simpul dengan simpul yang sama. Sisi yang demikian dinamakan gelang (loop).
Banyak sekali struktur yang bisa direpresentasikan dengan graf, dan banyak masalah yang bisa diselesaikan dengan bantuan graf. Jaringan persahabatan pada Friendster bisa direpresentasikan dengan graf: simpul-simpulnya adalah para pemakai Friendster dan ada sisi antara A dan B jika dan hanya jika A berteman (berkoinsidensi) dengan B. Perkembangan algoritma untuk menangani graf akan berdampak besar bagi ilmu komputer.
Sebuah struktur graf bisa dikembangkan dengan memberi bobot pada tiap sisi. Graf berbobot dapat digunakan untuk melambangkan banyak konsep berbeda. Sebagai contoh jika suatu graf melambangkan jaringan jalan maka bobotnya bisa berarti panjang jalan maupun batas kecepatan tertinggi pada jalan tertentu. Ekstensi lain pada graf adalah dengan membuat sisinya berarah, yang secara teknis disebut graf berarah atau digraf (directed graph). Digraf dengan sisi berbobot disebut jaringan.
Jaringan banyak digunakan pada cabang praktis teori graf yaitu analisis jaringan. Perlu dicatat bahwa pada analisis jaringan, definisi kata "jaringan" bisa berbeda, dan sering berarti graf sederhana (tanpa bobot dan arah).

Suatu graph G dapat dinyatakan sebagai G = < V,E > . Graph G terdiri atas himpunan V yang berisikan simpul pada graf tersebut dan himpunan dari E yang berisi sisi pada graf tersebut. Himpunan E dinyatakan sebagai pasangan dari simpul yang ada dalam V. Sebagai contoh definisi dari graf pada gambar di atas adalah : V = {1,2,3,4,5,6} dan E = {(1,2),(1,5),(2,3),(3,4),(4,5),(5,2),(4,6)}

Gambar dengan node yang sama dengan yang diatas, tapi merupakan digraf.
Pada digraf maka pasangan-pasangan ini merupakan pasangan terurut. Untuk menyatakan digraf (gambar kedua yang menggunakan tanda panah) kita dapat menggunakan himpunan edge sebagai berikut :
E = { < 1,2 > , < 1,5 > , < 2,5 > , < 3,2 > , < 4,3 > , < 5,4 > , < 4,6 > }
Dalam himpunan edge untuk digraf, urutan pasangan verteks menentukan arah dari edge tersebut.
Dalam teori graf, formalisasi ini untuk memudahkan ketika nanti harus membahas terminologi selanjutnya yang berhubungan dengan graph. Beberapa terminologi berhubungan dengan teori graf :
  • Degree atau derajat dari suatu node, jumlah edge yang dimulai atau berakhir pada node tersebut. Node 5 berderajat 3. Node 1 berderajat 2.
  • Path suatu jalur yang ada pada graph, misalnya antara 1 dan 6 ada path  b \rightarrow c \rightarrow g
  • Cycle siklus ? path yang kembali melalui titik asal 2  f \rightarrow c \rightarrow d \rightarrow e kembali ke 2.
  • Tree merupakan salah satu jenis graf yang tidak mengandung cycle. Jika edge f dan a dalam digraf diatas dihilangkan, digraf tersebut menjadi sebuah tree. Jumlah edge dalam suatu tree adalah nV - 1. Dimana nV adalah jumlah vertex
  • Graf Tak Berarah (Undirected Graph) Graf G disebut graf tak berarah (undirected graph) jika setiap sisinya tidak berarah. Dengan kata lain (vi,vj)=(vj,vi)
  • Graf Berarah (Directed Graph) Graf G disebut graf berarah (directed graph) jika setiap sisinya berarah. Titik awal dari suatu sisi disebut verteks awal (initial vertex) sedangkan titik akhir dari suatu sisi disebut verteks akhir (terminal vertex). Loop pada graf adalah sisi yang verteks awal dan verteks akhirnya sama.

source : wikipedia

Desentralisasi

Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa desentralisasi berhubungan dengan otonomi daerah. Sebab, otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta bantuan dari pemerintah pusat. Jadi dengan adanya desentralisasi, maka akan berdampak positif pada pembangunan daerah-daerah yang tertinggal dalam suatu negara. Agar daerah tersebut dapat mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan nasional.

source : wikipedia

[FF] Kimi no Tame ni. Chapter 5

“Hyung, aku saja. Bunuh aku saja tapi jangan SooIn” ujar Junho. SooIn yang mulutnya masih terbungkam berusaha melepaskan kain ikatan yang menutup mulut dan mengikat tangannya. “Salah satu dari mereka, atau tidak sama sekali” tawar Changmin. Yoochun yang kesal mengangkat pistolnya dan menarik pelatuknya sambil mengarahkannya kearah kepala Changmin, tetapi orang-orang Changmin bergerak dengan sigap dan peluru itu meleset dari sasaran. “Shim Changmin you b*****!” umpat Yoochun. Changmin tertawa terbahak-bahak. “Pilihan yang bagus Park Yoochun, akan kubunuh mereka berdua” Changmin menodongkan senjatanya dan menarik pelatuknya, senjata itu meledak dan memuntahkan peluru dengan kecepatan tinggi. Junho yang dikekang oleh orang-orang Changmin berusaha mengelak tetapi saat sebentar lagi peluru itu mengenai tubuhnya, ia melihat SooIn menutupi arah peluru itu dan peluru itupun masuk menembus dada SooIn. “SOOIN-AHHH!!!” teriak Junho. Orang-orang Changmin melepaskan Junho dan membiarkannya memeluk tubuh SooIn yang terkulai lemas dilantai bersimbah darah.

Junho menatap wajah dari kekasihnya yang pucat, darah terus mengalir keluar dari lukanya, wajahnya penuh peluh dan bibirnya kering. “SooIn-ah, bertahanlah” ujar Junho. SooIn berusaha membuka matanya, kepalanya terasa pusing karena pendarahan yang dia derita. “SooIn-ah, jangan tinggalkan aku” pinta Junho. “Ju-nho…” ucap SooIn lirih. SooIn menggerakkan tangannya untuk menyentuh pipi Junho, airmata mulai membasahi pipi Junho. “Maaf, aku telah mengkhianatimu dan teman-temanmu” suara SooIn terdengar begitu pelan. “Jangan banyak bicara, simpan tenagamu” ucap Junho, SooIn tersenyum kecil.
“Sebelum aku mati, aku ingin…”
“Andwae! Kamu tidak boleh mati. Kamu harus hidup!” pinta Junho, SooIn tersenyum, setetes airmata mengalir membasahi pipi SooIn dan jatuh ke tangan Junho. “Junho-ya, saranghae….” bisik SooIn sebelum menutup matanya. “Andwae, SooIn-ah, ANDWAE!! Bangun, jangan tidur!” ucap Junho panic sambil mengguncang-guncangkan tubuh SooIn, tapi SooIn tetap tak membuka matanya.

“SHIM CHANGMIN!!!” teriak Yoochun sambil berusaha melepaskan dirinya dari pegangan anak buah Changmin. Ia dengan sigap merebut senjata dari salah satu anak buah Changmin dan mengarahkannya ke Changmin, tapi saat ia menarik pelatuknya, senjata itu kosong. Changmin tertawa dengan senang “Sudah kuduga kamu akan melakukannya. Duduklah dengan tenang dan nikmati acaranya”. Yoochun berlari menghampiri Changmin saat Changmin untuk kedua kalinya mengarahkan senjatanya ke Junho. “ANDWAEEE!!!” teriak Yoochun, tapi karena tubuh Changmin lebih kuat dengan mudah Changmin meninju Yoochun dan membuatnya jatuh terjungkal. Untuk ketiga kalinya Changmin menodongkan senjatanya kearah kepala Junho, Yoochun bergegas berdiri dan berusaha menghalanginya tiba-tiba sebuah suara terdengar dari pintu “SHIM CHANGMIN!!!”.

Pintu terbuka, Yoochun tersenyum lega melihat Jaejoong, Taemin, Junsu dan Nichkhun datang. “Maaf terlambat~” ujar Junsu santai. “WTH?” Changmin terkejut melihat banyak anak buahnya tergeletak tak berdaya di lantai. “I hate someone who plays dirty” komentar Nichkhun. Anak-anak buah Changmin yang tersisa pun bergerak melawan mereka berempat. “Kali ini kamu tidak akan lolos” ujar Yoochun. “Cih” Changmin meludah dan lanjut menodongkan pistolnya kearah Junho dan tiba-tiba
JLEB!!
Sebuah pisau menancap ke tangan Changmin, membuat pistolnya terjatuh dan tangan orang licik itu berdarah. “Sudah cukup kamu bermainnya” ujar Taemin lalu berlari kearah Changmin dan menyerangnya. Dengan tangan yang sakit, Changmin kesulitan untuk melawan Taemin dan Yoochun yang menyerangnya bersamaan. Saat Junho ingin bangun dan membunuh Changmin dengan tangannya sendiri, Junsu melarangnya “SooIn masih hidup, denyut jantungnya masih ada walau lemah. Lebih baik kita cepat membawanya ke rumah sakit. Junho, tekan lukanya untuk menghentikan pendarahannya”. Junho pun menuruti kata-kata hyungnya dan membopong SooIn menuju ke mobil mereka yang diparkir diluar.

Setelah berkelahi cukup lama, akhirnya Changmin terpojok. Dengan tubuh yang terluka dan tidak ada siapapun yang bisa membantunya, nyawa Changmin kini berada ditangan mereka berlima. “Apa kamu akan membunuhku?” tanya Changmin. “Hm.. dunia tak akan rugi kalau satu orang jahat seperti dia mati” komentar Taemin. “Aku lebih suka jika kita menyiksanya dulu, dia sudah membuat kita repot” saran Nichkhun. “Aku akan memaafkanmu, karena pada dasarnya kamu hanya dibutakan oleh dendam. Mungkin ada baiknya kita melepaskannya” ucapan Yoochun membuat ketiga temannya kaget. “Hyung!” protes Taemin dan Nichkhun. “Sudahlah, lebih baik kita menyusul Junho ke rumah sakit” ujar Yoochun. Ketiga temannya menuruti apa yang ia inginkan. “HEY PARK YOOCHUN! AKU TIDAK INGIN KAU KASIHANI!” teriak Changmin sekuat tenaga, tetapi mereka berempat mengacuhkannya. Setelah beberapa langkah Jaejoong tiba-tiba membalikkan badannya dan melemparkan sebuah pisau ke kepala Changmin. Changmin mati sebelum memanfaatkan kesempatan terakhirnya membunuh Yoochun.
~~||~~||~~
SooIn terbaring lemas di tempat tidur di rumah sakit. Ia telah melalui sebuah prosedur operasi yang berbahaya untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di dadanya. Sebuah jarum infuse menancap diatas kulit tangannya yang putih, sedangkan selang alat bantu pernafasan terpasang di hidungnya. Sebuah monitor yang terus memantau detak jantung SooIn bekerja dan terus mengeluarkan bunyi bip dengan teratur, menandakan SooIn masih berjuang untuk hidup. Junho duduk disampingnya, dengan kepala berbalut perban dan wajah yang masih lebam. Ia terus menggenggam tangan SooIn selama 2 jam belakangan ini, menunggu SooIn untuk membuka matanya dan melihat senyuman indahnya lagi. “SooIn-ah… buka matamu” bujuk Junho. Bagai seorang sleeping beauty, mata SooIn tertutup rapat dan tubuhnya tak melakukan gerakan lain kecuali bernafas.

“Junho-ya, kamu sudah disini terlalu lama. Kamu juga harus istirahat” saran Jaejoong. “Biar aku yang menjaganya, hyung semua pulang saja” ujar Taemin, mungkin karena staminanya yang jauh lebih kuat membuat Taemin masih segar terjaga. “Molla, aku tak mau. Aku ingin menjaganya. Aku tidak ingin gagal untuk kedua kalinya” jawab Junho sambil mengelus wajah SooIn yang terlihat tertidur dengan damai. “Aku ingin menjadi orang pertama yang ia lihat saat ia bangun, lalu meminta maaf padanya…jika bukan karena aku, dia tidak akan merasakan rasa sakit seperti ini” mata Junho semakin berair sampai akhirnya ia tidak kuat membendungnya dan mulai menangis. Junsu mengelap airmata yang mengumpul di ujung matanya, Junho sudah ia anggap seperti adik sendiri. Ia tahu persis kalau Junho bukan tipe pria cengeng, tapi Junho sudah menangis berkali-kali akibat masalah ini. Jaejoong mengelus-elus kepala Junho dengan penuh kasih sayang. Hatinya sedih melihat Junho hancur di depannya. “Kalau begitu kami pulang dulu. Taemin akan menemanimu disini” ujar Nichkhun. Junsu, Jaejoong, Nichkhun dan Yoochun meninggalkan Junho dan Taemin di rumah sakit.
Sebuah gerakan ia rasakan dari tangan yang ia genggam. Junho dalam sekejap bangun dan melihat SooIn, mengira SooIn sudah tersadar tetapi ternyata belum. Beberapa jam lalu dokter memutuskan bahwa masa kritis SooIn sudah lewat dan alat bantu pernapasan beserta monitor jantungnya sudah tidak perlu digunakan lagi. Ia menengok kearah sofa yang berada di belakangnya, dimana Taemin tertidur pulas. Jam dinding menunjukkan jam 4 pagi, masih terlalu pagi untuk melakukan apapun. Suasana begitu hening, hanya suara dengkuran halus Taemin yang terdengar. “SooIn-ah… buka matamu…” ujar Junho, tapi tidak ada respon.
“SooIn-ah, jika kamu membuka matamu akan kuceritakan siapa diriku yang sesungguhnya. Aku akan menerima apapun keputusanmu termasuk meninggalkanku, karena aku hanya akan membahayakan hidupmu. Itulah alasan mengapa aku tidak seharusnya mencintai siapapun… Aku, pembunuh”
“…”
“Tanganku kotor dengan darah, sudah tak terhitung jumlah nyawa orang yang kuambil. Walaupun aku tak ingin melakukannya, tapi aku tidak punya pilihan lain. Sama halnya dengan Yoochun hyung, aku melakukannya untuk melindungi orang-orang yang kusayangi, termasuk kamu. Tapi aku sudah gagal… mianhae…”
“…”
“Karena itu, buka matamu… chepal. Marahi aku jika kamu mau, pukul atau caci aku. Apapun yang kamu inginkan, tapi kumohon buka matamu…”
“Jun-ho?”
Mata Junho terbelalak setelah mendengar suara SooIn yang pelan memanggilnya “SooIn-ah!”. Junho langsung duduk disamping ranjang dan membantu SooIn untuk duduk.

“Ini.. dimana?” tanya SooIn, suaranya terdengar begitu lemah. “Rumah sakit, syukurlah kamu bangun” ujar Junho sambil memeluknya.dengan hati-hati agar tidak menekan luka yang ada di dada SooIn. SooIn tersenyum lemah “Tadi aku bermimpi, aku diculik lalu kamu datang menyelamatkanku, tapi seseorang ingin menembakmu… lalu aku menghalanginya”. Junho membelai rambut SooIn “Mianhae, itu bukan mimpi… aku telah membahayakanmu. Aku selama ini berbohong padamu, aku, pekerjaanku sebenarnya adalah… pembunuh bayaran…” ujar Junho takut-takut. Junho memberanikan diri untuk melihat wajah SooIn, mencari amarah atau kekesalan disana tapi tidak ada. “Kamu tidak marah?” tanya Junho. SooIn menggelengkan kepalanya kecil “Aku tahu…”. “Aku tahu karena aku pernah melihatmu bekerja, lagipula… aku kan… sudah mencuri… arsip-arsip” SooIn tak sanggup meneruskan kalimatnya. “Mianhae, aku sudah jahat pada kalian. Jeongmal mianhae” SooIn mulai terisak. Junho kembali memeluknya dan membelai kepalanya “Gwaenchana, ini semua bukan salahmu… tapi si Changmin itu”. Perlahan-lahan tangisan SooIn mereda, Junho pun tersenyum “Much better” ujarnya. SooIn pun membalasnya dengan sebuah senyuman.

Junho menyentuh bibir SooIn dengan lembut “I missed your smile”. Junho mendekatkan wajahnya ke SooIn, dan SooIn memejamkan matanya. Saat bibir mereka bersentuhan, Junho tersenyum kecil dan kembali menciumnya dengan lembut, SooIn pun tidak menolak.

Taemin meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena berada di posisi yang sama selama beberapa jam. Ia membuka matanya untuk mengecek keadaan Junho dan bermaksud memanggilnya “Hy..”. Gambaran hyungnya yang sedang berpacaran tersedia di depan matanya yang setengah mengantuk. Ia mengucek matanya, mengira bahwa ia bermimpi tapi gambaran itu tidak menghilang. Dengan senyum lebar tersungging di bibirnya, Taemin memutuskan untuk membalikkan badannya untuk memberikan mereka privasi dan melanjutkan tidurnya.

--The End--
 

[FF] Kimi no Tame ni. Chapter 4

SooIn seperti biasa mengunjungi kafe One sebelum pulang ke rumah dan duduk untuk menunggu Junho di tempat yang sama setiap hari. Setelah Taemin mengambil pesanannya, ia menunggu Junho untuk datang. Pikirannya benar-benar kacau, ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Matanya terus menatap keluar jendela sambil mengingat apa yang terjadi semalam di rumahnya.
-flashback-
“Apa yang kamu inginkan?” tanya SooIn pada pria bernama Shim Changmin itu.
“Kerjasama. Aku tidak akan membunuhmu, pacarmu, maupun ibumu jika kamu membantuku”
“Membantu? Apa?”
“Beritahu aku semua informasi tentang Rising. Apa yang akan mereka lakukan, siapa target mereka dan lainnya. Aku akan menggagalkan mereka, dengan begitu pamor mereka akan turun dan itu akan membuat orang-orang tak mempercayai mereka lagi. Disaat itu, Park Yoochun… akan kuhabisi dengan tanganku sendiri” Changmin memberikan sebuah benda kecil ke SooIn
“Apa ini?”
“Microphone, pakai ini tiap saat kamu bertemu dengan Junho. Jika kamu tak memakainya atau berusaha merusaknya, ibumu akan menanggung akibatnya”

“SooIn-ah! yah, SooIn-ah” suara Junho menyentakkan SooIn dari lamunannya. “Ah iya, kenapa tadi?” tanya SooIn dengan senyuman kecil. “Apa ada yang kamu pikirkan? Cerita saja” saran Junho sambil duduk disamping SooIn. SooIn menggigit bibir bawahnya, suatu kebiasaan yang keluar hanya pada saat dia merasa bingung. “Memikirkan apa?” tanya Junho lagi sambil memegang tangan SooIn yang berkeringat dingin. “Jika kamu tidak ingin Junho dan ibumu mati, turuti kata-kataku” suara Shim Changmin kembali bergema di kepala SooIn. “Hm, kamu nanti malam ada rencana pergi dengan Jaejoong oppa lagi tidak?” tanya SooIn. Junho mengangguk “Kenapa?”. SooIn dengan cepat menggelengkan kepalanya “Ani… tak apa-apa, hm… kemana kira-kira? Lama tidak?” tanya SooIn lagi. Junho mengernyitkan alisnya, tidak biasanya SooIn tertarik dengan pekerjaannya di malam hari “Ke Itaewon, sepertinya cuma sebentar”. “Hm… Junho-ya, aku boleh tidak ke kamarmu?” tanya SooIn, Junho langsung tersedak mendengar pertanyaan mendadak itu. “Ke kamarku? Mau apa?”. “Aku kan.. pacarmu, sudah 3 bulan kita jadian tapi tak sekalipun aku pernah melihat kamarmu, padahal kamu sudah pernah melihat kamarku” dalih SooIn.

Junho terdiam sambil memandangi SooIn “Sekarang?” tanya Junho lagi, anggukan SooIn menjawab pertanyaannya. “Chamkam, aku beres-beres dulu” setelah mengatakannya, Junho beranjak pergi meminta izin ke Jaejoong dan setengah berlari ke lantai dua dari kafe itu, kamar dari para pelayan di kafe. Lima belas menit berlalu, Junho turun dari tangga, meraih tangan SooIn dan menariknya menuju ke lantai dua dari kafe tersebut. Junho menuntun SooIn ke kamarnya yang berada di sebelah kiri nomor dua dari tangga. SooIn mengikutinya dari belakang sambil melihat sekeliling, mencari tanda kamar Jaejoong karena Junho pernah bilang kalau Jaejoong adalah pemimpin dari mereka, tapi tak menemukannya.

Kamar Junho terlihat seperti kamar laki-laki pada umumnya, tidak terlalu rapi, tapi tidak terlalu berantakan, beberapa poster artis terpajang di dindingnya, 1 set computer, dan 1 ranjang ukuran single. SooIn duduk di bangku computer sedangkan Junho duduk di ranjang. “Bagaimana?” tanya Junho pada SooIn, SooIn tersenyum kecil. “SooIn-ah, kamu sedang tidak enak badan ya? Biasanya kamu cerewet” ujar Junho sambil mengulurkan tangannya untuk mengecek panas tubuh SooIn dari dahinya. SooIn memegang tangan Junho dan terdiam, raut wajahnya terlihat begitu tertekan. Junho berdiri dan memeluk SooIn “Katakan saja padaku jika kamu sudah siap”. Setelah berbincang beberapa saat mengenai hal-hal yang tak berhubungan dengan Changmin maupun pekerjaan asli Junho. Tepat pukul 5, Taemin mengetuk pintu kamar Junho dan mengajak Junho ke bawah untuk beres-beres kafe. Tadinya Junho ingin mengajak SooIn turun, tapi SooIn bilang kalau kepalanya agak pusing sehingga Junho membiarkannya tetap di kamar.

Segera setelah Junho dan Taemin tak terlihat, SooIn bangun dan keluar dari kamar, mengecek apakah dia sendirian di lantai dua. Karena sepi, dia langsung mencoba membuka kamar-kamar yang berada disana. Setelah percobaan kedua, bingo! Ia menemukan kamar Jaejoong, karena ia menemukan ipod abu-abu dengan gantungan boneka gajah milik Jaejoong diatas meja. Dengan mengendap-endap ia membuka laci-laci yang ada di kamar Jaejoong, mencari file-file yang dimaksud oleh si Changmin itu, dan setelah menemukannya ia pun menaruhnya di balik bajunya dan segera pergi dari kamar Jaejoong.

Tapi saat ia menutup pintu kamar Jaejoong, Junsu berada di depan kamarnya “SooIn-sshi?” tanya Junsu. “A-ah, ne, Junsu-oppa” jawab SooIn terbata-bata. “Apa yang kamu lakukan di kamar Jaejoong hyung?” tanya Junsu curiga. “Ani, aku salah masuk, kukira ini kamar Junho… tadi aku habis dari kamar mandi” jawab SooIn, matanya tak berani menatap Junsu. Walaupun Junsu curiga dengan gelagat aneh SooIn tetapi Junsu membiarkannya lolos, ia tidak mau karena ia memojokkan SooIn atas tuduhan yang belum pasti hubungannya dengan Junho merenggang. Sejak hari itu, secara rutin SooIn meminta Junho untuk ke kamarnya, dan SooIn akan mencuri file-file di kamar Jaejoong seperti sebelum-sebelumnya. Nichkhun, Jaejoong, Junsu dan Taemin pernah memergokinya tapi karena tidak enak pada Junho, mereka selalu melepaskan SooIn.
~~||~~||~~
Semakin hari semua terasa semakin aneh, mereka kesulitan untuk membunuh target mereka, bahkan sekarang Jaejoong seringkali harus turun tangan untuk menangkapnya. Dan hari ini adalah hari puncaknya, malam itu saat semua orang baru saja kembali dari bekerja seseorang mengetuk pintu kafe. “Akan kubuka” jawab Jaejoong lalu berlari kecil kearah pintu. “Apa anda Kim Jaejoong?” tanya pria itu yang ternyata adalah polisi. “Ya, ada apa?” jawab Jaejoong heran. “Anda ditangkap atas tuduhan pembunuhan, penganiayaan, percobaan pembunuhan dan tindakan criminal lainnya. Anda harus ikut kami ke kantor polisi” jawab pria itu. Mata Jaejoong terbelalak kaget “Pembunuhan? Apa buktinya? Aku sedari tadi di kafe”. Tetapi polisi itu menarik pergelangan tangan Jaejoong, Jaejoong pun berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman polisi-polisi itu. Saat dia berhasil melepaskan diri, ia meninju kedua polisi itu di perut dan langsung mengunci pintu kafe lalu berlari secepat kilat ke dalam. “Junsu, Junho, Taemin, Khun aku harus pergi, polisi mau menangkapku!” ucap Jaejoong dalam panik. Benar Jaejoong adalah pembunuh berdarah dingin, tetapi dia tidak ingin berurusan dengan polisi dan hukum sama sekali. Keempat pria selain Jaejoong tersentak kaget mendengar perkataan hyung mereka. Jaejoong langsung meraih jaketnya dan kabur lewat pintu belakang kafe menuju mobil audinya dan tancap gas. Dia tahu satu tempat teraman, rumah Yoochun.
~~||~~||~~
Jaejoong menelepon Yoochun sambil mengemudikan audinya. “Yeoboseyo?” jawab Yoochun. “Yoochun-ah! Polisi mau menangkapku!” seru Jaejoong ditengah kepanikannya. “MWO?! Bukankah selama ini kalian selalu membersihkan tkp? Ini pasti ada yang salah. Hyung dimana sekarang?” tanya Yoochun sambil menggaruk-garuk kepalanya. “Menuju rumahmu, Yoochun-ah aku curiga seseorang menjebakku. Ada penyusup di Rising” jelas Jaejoong sambil memutar kemudi ke kanan. “Penyusup? Siapa?”tanya Yoochun. “Nanti kujelaskan, sebentar lagi aku sampai” ucap Jaejoong sambil membunyikan klakson mobilnya. Penjaga pintu rumah Yoochun pun membuka gerbang dan membiarkan Jaejoong masuk. Jaejoong keluar mobil dengan tergesa-gesa, Yoochun sudah berdiri menunggunya di pintu depan rumahnya. Mereka pun masuk ke ruang keluarga di dalam. “Penyusup? Siapa?” tanya Yoochun dengan wajah serius. “Kekasih Junho, SooIn. Kurasa dia diperintah oleh seseorang untuk melakukannya” jawab Jaejoong. “Diperintah? … Shim Changmin?” tebak Yoochun, Jaejoong mengangguk yakin. Memang selama ini orang yang paling membencinya adalah Shim Changmin, dan yang paling mungkin melakukan cara apapun untuk menjatuhkan Yoochun adalah dia. Yoochun mengepalkan tangannya menahan amarah. “Sembunyikan dirimu disini. Jangan kemana-mana. Aku akan membersihkan namamu” ucap Yoochun lalu beranjak meninggalkan Jaejoong. “Mau kemana?” tanya Jaejoong. “Memberi tahu Junho kalau pacarnya dan keluarganya dalam keadaan bahaya” jawab Yoochun sambil menutup pintu dan berlari ke Ferrari nya. 
Tidak sampai 20 menit, Yoochun tiba di kafe One. Disana ada banyak polisi menyisir rumah mereka. Untungnya mereka sudah menyingkirkan semua bukti-bukti yang membahayakan mereka berikut senjata-senjata mereka di tempat yang tak terduga oleh polisi. Khun, Taemin, Junsu dan Junho berada di luar dari kafe saat Yoochun tiba. “Hyung!” panggil Taemin. Yoochun membalasnya dengan sebuah senyum singkat “Aku tahu pelakunya, ini pasti Shim Changmin” ujar Yoochun. “SHIM CHANGMIN?” ujar keempat pria itu serempak. Yoochun pun menjelaskan bagaimana Changmin begitu membencinya padahal dia tidak tahu mengapa, dan bahwa sekarang Hyung mereka berada dirumahnya, tersembunyi dengan aman. Di tengah penjelasan Yoochun, Junho meminta izin untuk mengangkat teleponnya dan meninggalkan kelompok itu sejenak lalu kembali dengan wajah pucat. “Junho, kenapa?” tanya Nichkhun sambil mengguncangkan tubuh Junho yang shock. “SooIn, Changmin mendapatkannya” ucap Junho lemas. “Aku gagal melindunginya” rasa bersalah menguasai hati Junho dan membuat matanya terasa panas. Junsu menepuk pundaknya “Tidak, kamu belum gagal. Sekarang kamu harus menyelamatkannya”. “Apa yang dia bilang?” tanya Yoochun pada Junho. “Yoochun hyung harus sendirian ke gudang lama di dekat rumah Changmin yang dulu, tanpa polisi, tanpa bala bantuan”. Yoochun menganggukkan kepalanya “Baiklah, Junsu, Taemin kalian hubungi pengacara Lim untuk menangani masalah Jaejoong hyung, Khun, Junho kamu harus menyusup ke kantor pusat polisi untuk membakar semua arsip yang mereka miliki tentang pembunuhan yang dilakukan Jaejoong”. “Tidak, aku harus ikut Yoochun hyung” paksa Junho. Setelah terdiam sesaat, Yoochun pun menyetujuinya. Mereka pun menyebar untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing.
~~||~~||~~
Junho dan Yoochun naik ke mobil dan memacunya ke gudang lama yang disebutkan oleh Changmin. Saat mereka turun, orang-orang Changmin sudah menduganya dan menyuruh Yoochun masuk tapi tidak dengan Junho, mereka juga melucuti senjata yang Yoochun bawa. Tadinya Junho ingin melawan, tapi Yoochun melarangnya karena ada kemungkinan SooIn akan mereka lukai. “Jika aku tidak kembali dalam setengah jam, panggil bala bantuan” bisik Yoochun, Junho mengangguk dan membiarkan boss dan atau hyungnya itu masuk kedalam gudang sendirian.

Pintu besar dari gudang tua itu terbuka, di depan Yoochun terlihat sebuah jalan dan sebuah TV yang menyala dengan tiba-tiba. “Hey, Yoochun!” suara dari TV itu mengejutkan Yoochun. “Shim Changmin” ucap Yoochun pada kamera yang terletak diatas TV tersebut. “Kau datang” ucap Changmin dengan senyum liciknya, Yoochun menjawab dengan senyum yang tak kalah sinis. “Masuk saja, selamat berolahraga” ucap Changmin sebelum TV itu mati. Yoochun mengalihkan pandangannya kearah beberapa orang bertubuh besar yang keluar dari persembunyiannya. “Yeah, exercise” ujar Yoochun sebelum menangkis pukulan yang dilayangkan oleh orang-orang bawahan Changmin dan menyerangnya balik. Semakin banyak yang ia tumbangkan, semakin dekat ia dengan Shim Changmin.
~~||~~||~~
Sudah hampir setengah jam tapi Yoochun belum juga keluar dari gudang dan Junho mulai cemas. Setelah mengirim SMS ke Nickhun, Junho memaksa masuk ke dalam gudang. Perkelahian antara Junho dan orang-orang Changmin pun dimulai. Sekejap Junho mengalahkan para penjaga pintu dan masuk ke dalam gudang. Berbeda dengan Yoochun, tidak ada yang menghalanginya, Junho pun melangkahkan kakinya jauh ke dalam gudang itu sampai akhirnya ia berhenti di depan sebuah pintu. Saat ia membuka pintu, SooIn berada disana, duduk terikat di kursi dengan mulut disumpal dan sebuah senjata ditodongkan kearah kepalanya.

“SooIn-ah!!” seru Junho. Sahutan SooIn hanya terdengar seperti gumaman tidak jelas. Dari pintu samping, seseorang dengan wajah tampan dan tubuh tinggi tegap keluar. “Lee junho, the romeo” nadanya terdengar menyindir. “Shim Changmin?” tebak Junho. “Yup, that’s me” jawab Changmin dengan senyum khasnya. “Lepaskan dia” perintah Junho dengan tegas. Changmin tertawa terbahak-bahak “Bocah, tadi kamu menyuruhku?”. Jika SooIn tidak berada ditangannya mungkin Changmin ini pasti sudah diberi pelajaran oleh Junho. Junho menahan amarahnya “Bereskan dia” perintah Changmin pada anak-anak buahnya. Junho mengambil ancang-ancang untuk melawan tapi Changmin melepas pengaman senjata ditangannya dan mendorongnya mendekat ke kepala SooIn “Melawan? Katakan salam terakhirmu pada Juliet”. Junho mengumpat di dalam hati, tubuhnya pun mulai dihujani oleh pukulan dan tendangan. SooIn yang melihatnya berusaha melepaskan diri dari kursi dan membuka ikatan tangannya. Changmin tertawa memperhatikan sikap kedua orang bodoh di depan matanya.
~~||~~||~~
Yoochun dengan nafas terengah-engah dan tubuh yang lebam disana-sini berhasil mengalahkan 33 anak buah Shim Changmin dengan tangan kosong. Pintu di depannya adalah pintu terakhir, ia berusaha mengatur nafasnya dan mendorong pintu itu terbuka. Di ujung dari ruangan besar itu terlihat seorang wanita yang terikat di kursi yang ia asumsikan adalah SooIn, kekasih Junho. Sedangkan pria yang berdiri disampingnya, tidak lain dan tidak bukan adalah Changmin. “Park Yoochun…. akhirnya kamu sampai” Changmin mengecek jam tangannya “50 menit… hmm, lebih cepat dari yang kukira”. Jujur, Yoochun sudah muak melihat senyuman Changmin sekarang, rasanya ia ingin mengambil lakban yang panjang dan menutup mulutnya selamanya agar senyuman itu tak pernah terlihat lagi. “Aku disini, sekarang lepaskan dia” ujar Yoochun. “Tentu, tapi ada seseorang yang harus kamu temui sekarang” ucap Changmin sambil mengisyaratkan anak buahnya untuk membawa Junho keluar. Junho yang kepalanya bocor, dan tubuh penuh lebam dan bibir yang pecah diseret oleh orang-orang Changmin dan dilemparkan ke tanah hingga tersungkur di depan Changmin. “WTF? Junho kenapa kamu masuk??!” bentak Yoochun. Salah satu anak buah Changmin menarik lengan Junho dengan kasar dan memaksanya untuk bangun, Junho meringis kesakitan. “Kenapa kamu melakukan ini Shim Changmin? Kenapa kamu sangat membenciku?” tanya Yoochun, hatinya miris melihat keadaan anak buah yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri.

Changmin tersenyum sinis “Park Yoochun, the only son of Park DongGun. The great Park DongGun, apa kamu ingat?”. Yoochun memicingkan matanya, apa hubungannya dengan ayahnya? “Kenapa dengan ayahku?”. “Dia mengganggu kehidupan rumah tangga orangtuaku. Dengan seenaknya dia datang dan menggoda ibuku, dan mereka pun berhubungan di belakang ayahku” cerita Changmin, walau emosinya terlihat datar, tapi matanya memancarkan kebencian yang mendalam. “Suatu malam, ayahku, Shim JaeMin tanpa sengaja menemukan mereka sedang berhubungan, tapi dia tak melakukan apapun. Kamu tahu kenapa? Karena dia bilang ia terlalu mencintai ibuku, sangat mencintai ibuku sampai-sampai dia rela ibuku tidur dengan orang lain” Changmin mendengus, kata cinta keluar dari mulutnya terasa begitu menjijikan.

“Kamu tahu, siapa yang menjadi pelampiasan ayahku tiap kali dia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk? Aku” sambung Changmin. “Dia memukuliku dengan apapun yang dia inginkan, dari ikat pinggang, bat, sampai kursi. Dan apa yang ibuku lakukan? NOTHING” ucap Changmin geram. “She’s just f***ing standing there and watching me got tortured. Walaupun aku meminta pertolongan darinya tapi apa yang dia katakan? Sejak awal ia tak mencintai ayahku, ia tak menginginkanku, yang ia inginkan hanyalah anak dari Park DongGun. Bukan aku” seru Changmin sambil menggebrak sebuah meja di dekatnya. Vas diatasnya goyah dan hancur berkeping-keping. “Malam itu ayahku meledak dan menampar ibuku. Ibuku yang tidak terima memukul kepala ayahku dengan vas bunga terdekat, saat ayahku tergeletak tak berdaya di lantai, ibuku meraih pistol yang diberikan DongGun padanya dan menembak ayahku mati. Tepat di depan mataku”

Yoochun terdiam, selama ini ia hanya tahu garis besar dari kehidupan Shim Changmin, dan detail gelap yang terungkap membuatnya terkejut. “Lalu apa hubungannya denganku?” tanya Yoochun. “Sebentar lagi kita sampai. Setelah membunuh ayahku, ibuku menelepon Park DongGun dan ia pun tiba dirumah. Ibuku memintanya untuk membantunya membereskan kekacauan yang telah ia buat, dan meminta DongGun menampung dirinya dan aku. Tebak apa yang ayahmu lakukan” ujar Changmin. Yoochun menggelengkan kepalanya.

“Dia menembak ibuku mati, karena dia anggap ibuku menyusahkan, dan sebentar lagi ia akan mempunyai anak dari orang yang benar-benar dia cintai. Anaknya satu-satunya, dan itu kau, Park Yoochun” ucap Changmin sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya. “Tahu apa yang dia katakan setelah melihatku? ‘Hiduplah dengan kebencian, dengan begitu kamu akan menjadi kuat’ dan tidak mungkin aku tidak menuruti nasehat dari seorang DongGun the great, ya kan?”

“Intinya kamu mau membalas dendam padaku?” simpul Yoochun. “Yap,” jawab Changmin singkat. “Lepaskan mereka berdua, ini urusan diantara kita” Yoochun berusaha bernegosiasi. “Akan kulepaskan, tapi hanya salah satu diantara mereka” jawab Changmin. “Apa maksudmu?!” seru Yoochun. Changmin mengisyaratkan anak buahnya untuk memberikan sepucuk senjata ke tangan Yoochun. “Didalam pistol itu ada satu buah peluru. Bunuh salah satu diantara mereka. Jika kamu menembak orang selain mereka, maka Juliet ini akan kubunuh, begitu juga dengan sang Romeo” ancam Changmin.
 

[FF] Kimi no Tame ni. Chapter 3

Sudah tiga bulan Junho dan SooIn berpacaran. Mereka tidak seperti pasangan biasa karena sekalipun mereka belum pernah berkencan. SooIn harus bekerja dari pagi sampai sore, sedangkan Junho tidak punya waktu untuk bertemu dengan SooIn diluar dari jam kerjanya di kafe, dan pada malam hari Junho selalu mendapatkan tugas dari Jaejoong/Yoochun. Tetapi pengecualian untuk hari ini, karena Jaejoong telah membiarkannya libur dan menyuruhnya untuk mengajak SooIn kencan. Bahkan Jaejoong telah memberikannya dua tiket menonton di bioskop untuknya. Mendengar ajakan Junho, SooIn tanpa ragu menerima ajakan Junho dan kini mereka ada di Taman Hiburan setelah menonton bioskop.

“Aku mau naik ituuuuu!!!” rengek SooIn pada Junho sambil menunjuk ke sebuah Ferris Wheel. “Iya, iya… habiskan dulu es krimnya baru kita kesana” ujar Junho sambil mengelus kepala SooIn. Junho kini sangat menyayangi SooIn, seiring waktu berjalan banyak sifat-sifat SooIn yang terbuka. Ia kini tahu bahwa SooIn yang terlihat dewasa, tegar dan mandiri bisa berubah 1800 menjadi manja dan kekanakan, dan dia sama sekali tidak keberatan dengan sisi SooIn yang seperti ini. Sedangkan satu-satunya perubahan di diri Junho yang dirasakan oleh SooIn adalah; dia lebih terbuka dan lebih sering tersenyum dibandingkan dengan yang dulu.
Segera setelah mereka menyelesaikan es krim mereka, SooIn menyeret Junho ke Ferris Wheel dan ikut mengantre. Tak berapa lama mereka berada di dalam Feriss Wheel, duduk berdekatan. Perlahan-lahan roda itu berputar ke atas dan keindahan pemandangan malam kota Seoul memukau mereka.
“Uwaaaaahh~~” mata SooIn berbinar-binar melihat kelap-kelip cahaya di hadapannya. Junho menggelengkan kepalanya, mengagumi betapa kekanak-kanakan wanita yang berada di sampingnya.
“SooIn-ah”
“Hm?”
“Apa yang membuatmu menyukaiku?”
“Hm… sejak pertama kali aku melihatmu, aku merasa kalau aku harus bersamamu. Lalu perasaan itu menguat setelah melihat kebaikanmu, ketulusanmu, kebodohanmu juga” ledek SooIn, Junho tersenyum. “Lalu kenapa kamu menerimaku? Apa karena melihat kegigihanku? Atau karena kecantikanku? Atau karena semuanya?” tanya SooIn balik, kali ini Junho mencubit pipinya gemas. “Karena kamu wanita paling cantik, gigih, manis, narsis dan cerewet yang pernah kutemui”. Tawa mereka terhenti saat tiba-tiba Ferris Wheel berhenti bergerak karena listrik mati. Tepat saat posisi mereka berada di paling atas, berada di atas tanah sejauh beberapa ratus meter dan terjebak di dalam ruangan yang gelap, angin kencang yang bertiup membuat kubus itu terus bergoyang, SooIn pun menjerit panik. Melihat SooIn yang ketakutan, Junho langsung merangkulnya dan mendekapnya dengan erat. “Tenang, selama ada aku kamu aman” ucap Junho. Kepala SooIn berada tepat di dekat dada Junho yang bidang, telinganya bisa mendengar bunyi detakan jantung Junho, wajah SooIn memerah dan jantungnya berdebar cepat. “Aku akan memegangmu sampai benda ini bekerja lagi” bisik Junho, SooIn mengangguk pelan.

“SooIn-ah, apa kamu masih ingat dengan kata-kataku sesaat setelah kita jadian? Tentang jika aku menghilang, maka kamu harus meneruskan hidupmu tanpaku” tanya Junho. Tanpa melihat, Junho merasakan SooIn menganggukkan kepalanya pelan. “Apa kamu tidak penasaran mengapa aku mengatakan hal seperti itu?” tanya Junho lagi, kali ini SooIn menggelengkan kepalanya. Junho melepaskan pelukannya dan memandang SooIn “Kenapa? Apa karena kamu tidak peduli padaku?”. Walaupun gelap, tapi dari nada bicara Junho, SooIn membaca rasa ketidakamanannya.“Ani, bukan karena aku tidak peduli, tapi karena aku yakin. Aku yakin kamu tidak akan menghilang semudah itu, kamu kan Junho-ku” jawab SooIn dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya. Junho mengelus kepala SooIn dan SooIn tersenyum manja “Kamu ini...”. “Lalu bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Jika aku yang menghilang tiba-tiba, apa kamu akan melanjutkan hidupmu begitu saja?” tanya SooIn penasaran. “Tidak, aku akan mencarimu kemanapun. Bahkan jika aku harus mengacak-acak seisi dunia ini untuk menemukanmu” jawab Junho dengan yakin. Jawaban Junho membuat SooIn ingin mengetesnya lebih jauh “Hm… jika kamu tidak menemukanku? Jika ternyata aku tidak ada di dunia ini lagi bagaimana?”.

“Kemana? Jika memang di dunia ini tidak ada kamu lagi, maka aku akan pergi ke dunia dimana ada kamu” jawab Junho. SooIn mencubit perut Junho sambil tertawa “Aigo, sejak kapan kamu jadi sweet talker begini… gombal”. Sambil mengelus perutnya yang sakit akibat dicubit, Junho menjawab “Ingat saja kata-kataku, aku akan selalu bersamamu sampai kamu muak dan menendangku pergi”. SooIn tersentak kaget dan tertawa “Omo! Kamu sebegitu mencintaiku?”. Junho tersenyum nakal lalu menarik SooIn ke pelukannya dan berbisik di telinganya “I’m head over heels for you. Saranghae”. Dua pasang mata yang saling berpandangan, tangan yang saling bertaut dan nafas hangat Junho yang bisa dirasakan berhembus diatas tengkuk SooIn. Melihat Junho yang memejamkan matanya dan mendekatkan wajahnya perlahan kearahnya, SooIn menutup matanya sambil memegang dadanya yang terasa berdebar kencang. Di tiap detik yang berlalu, jarak antara mereka semakin menipis dan tepat disaat nafas Junho bisa dirasakan di wajah SooIn…

GREK GREK

Roda Ferris Wheel itu kembali bekerja dan alhasil Junho tidak berhasil mendaratkan bibirnya di bibir SooIn, melainkan ke hidungnya, dan karena gerakan kasar yang tiba-tiba dari alat itu kepala mereka saling terantuk dalam seketika rusaklah atmosfir sempurna tadi. SooIn tersipu malu, wajahnya yang merona kini terlihat jelas dibawah lampu yang sudah kembali menyala, Junho menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum. Untuk kedua kalinya mereka gagal melakukannya, Junho tak habis pikir kenapa selalu saja ada yang terjadi tiap kali mereka ingin berciuman.
Setelah taman hiburan tutup (dan mereka harus ditegur oleh pengelolanya karena tidak juga pulang) Junho mengantarkan SooIn pulang kerumahnya dengan mobil yang ia pinjam dari Jaejoong. “Sampai jumpa besok” ucap Junho setelah mengantar SooIn sampai ke depan pintu rumahnya. “Iya, hati-hati di jalan” ujar SooIn. Junho memegang tangan SooIn dan mencium keningnya “Jalja”. SooIn mengangguk dan melambaikan tangannya kearah figur Junho yang berjalan ke mobilnya sambil tetap memandangi SooIn (jadi Junho jalan mundur). Saat Junho sudah masuk mobil dan pergi, SooIn merogoh tasnya untuk mengambil kunci rumahnya dan membuka pintunya. Saat ia sudah berada di dalam rumah dan ingin menutup pintunya kembali seseorang membekap mulutnya “Berteriak maka kamu mati” ancam pria itu, ia pun menyeret SooIn ke ruang TV.

Disana telah menunggu seseorang dengan yang memakai kacamata dan memiliki sepasang kaki yang panjang duduk diatas sofanya, dengan beberapa orang lainnya yang bertubuh besar berdiri disampingnya. Pria itu berdiri, lampu rumah SooIn yang memang hanya remang-remang tidak cukup untuk membuat SooIn melihat wajah pria itu dengan jelas “Park SooIn-sshi, perkenalkan aku Shim Changmin”. Pria itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. SooIn memandangnya dengan curiga dan takut, sampai-sampai ia tak berani menjabat tangan pria itu. “Tidak usah takut padaku, aku tak akan menyakitimu karena yang kuinginkan bukan kamu, tapi Park Yoochun”. 
 

[FF] Kimi no Tame ni. Chapter 2

SooIn’s POV
Teman-temanku berhasil menyeretku kesini, sebuah club malam yang mereka sebut sebagai tempat terenak untuk bersenang-senang. Tetapi bagaimana bisa aku bersenang-senang? Seharusnya sekarang aku sedang membuntuti Junho, tapi malahan berada disini. “SooIn-ah, coba kemari. Ada yang ganteng!” ucap temanku sambil menyeretku dengan paksa. Kkhh… aku sudah menyukai Junho, seganteng apapun pria itu aku…eh? Itu kan… JUNHO!! Ya Tuhan kita memang ditakdirkan bersama! Eh, ada Jaejoong-sshi juga, oh Junsu-sshi dan Taemin-sshi juga. Oh ada yang datang, sepertinya itu Nichkhun-sshi. Ia menarik seseorang yang tidak kukenal. Kulihat enam orang itu pergi menuju pintu keluar. Aku harus mengikuti mereka! Aku pamit sebentar pada teman-temanku dan mengendap-endap mengikuti mereka keluar dari club menuju ke gang yang agak gelap tak jauh dari sana. Saat mereka berhenti aku memutuskan untuk bersembunyi dibalik tembok dengan jarak yang cukup jauh sehingga mereka tidak akan melihatku.

Author POV
Nichkhun mendorong pria itu ke tanah dengan kasar hingga pria itu jatuh tersungkur ke aspal. Junsu dan Jaejoong menonton dari belakang, membiarkan tiga anggota termuda mereka melakukan investigasi pada target mereka. “Siapa yang menyuruhmu?!” tanya Taemin sambil menarik kerah baju orang itu, tetapi orang itu tetap terdiam. “Mungkin dia lebih suka dengan cara keras” ujar Junho. Sebuah tinju yang keras mendarat ke wajah orang itu dan membuat pipinya lebam seketika. “JAWAB!” bentak Nichkhun. Pria itu malah meludah dan mengelap darah yang mengalir dari bibirnya yang pecah, mengacuhkan mereka. Junho, Nichkhun dan Taemin bergantian memaksanya bicara dengan memukul dan menendangnya, tapi pria itu tetap diam. “Begitu ingin mati ya?” ujar Junsu sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya. “Sebaiknya kau jawab sebelum…” Jaejoong mengeluarkan pisau kecil dari saku jaketnya “Kau kujadikan sashimi”.

Jaejoong menatap mata orang itu dengan tajam, mata Jaejoong kini telah mengeluarkan aura yang sangat berbeda dari biasanya. Matanya kini terasa dingin, sedingin laut utara di musim dingin. “Bunuh saja aku” satu kalimat terlontar dari pria target mereka. “Dengan senang hati” setelah sebuah senyum licik Jaejoong melempar pisau yang dia pegang dan pisau itu menancap di dada kiri pria itu. Pria itu mengerang kesakitan sambil memegangi dadanya yang berdarah. “Satu orang lagi mati di tangan Hero…ckckck akan kupastikan kematianmu ini… menyakitkan” pria itu terkejut dan ketakutan mendengar kata-kata Jaejoong. Nama ‘Hero’ selama ini dikenal sebagai pembunuh yang paling sadis, dan sampai saat ini mereka tidak pernah tahu wajah dari sang Hero, yang mereka tahu, jika kamu berhadapan langsung dengan Hero, maka kematian yang paling menyakitkan yang tidak pernah kamu bayangkan akan kamu alami. “K-kamu… Hero?” tanya pria itu. “Iya, senang bertemu denganmu, korban ke-198 ku” jawab Jaejoong sambil menusukkan beberapa pisau ke tubuh pria itu tanpa berkedip sedikitpun. Jaejoong terus menanyakan untuk siapa dia bekerja diantara tiap tusukan yang ia buat di tubuh pria itu. Akhirnya setelah 5 tusukan, pria itu menyebutkan sebuah nama. “Tolong biarkan aku hidup” pinta pria itu, tubuhnya penuh dengan darah. “Tentu” jawab Junsu “Dikehidupan yang akan datang” sambungnya lalu mengeluarkan pistol dari jaketnya dan menembak pria itu tepat di kepala dengan gerakan secepat kilat.

Dibalik tembok di dekat tempat pembunuhan itu, SooIn membekap mulutnya erat-erat. Berusaha menahan dirinya sendiri untuk tidak berteriak. SooIn sangat terkesima dengan apa yang baru saja terjadi di depan kedua matanya sendiri. ‘Mereka… kelompok pembunuh?’ kata SooIn dalam hati. Ia pun segera berlari menuju mobilnya dan pulang ke rumah. Ia benar-benar tidak ingin mempercayai bahwa Junho yang ia sukai adalah pembunuh, tapi peristiwa yang baru saja ia lihat adalah bukti terkuat. SooIn mulai mempertanyakan apakah dirinya akan terus menyukai Junho, seorang pelayan-pembunuh atau tidak. “Hyung, sepertinya ada yang mengawasi kita dari tadi” ujar Taemin sambil menarik mayat pria itu dan memasukkannya ke dalam kantong mayat. “Ah, itu hanya perasaanmu saja” jawab Junho setelah menutup retsleting kantong mayat itu. “Kita buang dia lalu pulang” perintah Jaejoong kepada anak-anak buahnya. Mereka pun menaruh mayat itu di dalam bagasi mobil mereka, lalu melemparkannya ke laut.
~|~|~|~
Sudah 3 hari SooIn tidak keluar rumah, masuk kantor maupun ke kafe One. Ia terus menerus mengunci dirinya di kamar. Memikirkan bagaimana perasaannya terhadap Junho. SooIn tidak ingin berhubungan dengan dunia kejahatan dan sejenisnya, terlebih lagi memiliki kekasih yang berprofesi sebagai pembunuh. Tetapi dia menyukai Junho, lagipula mungkin tidak semua pembunuh itu jahat. Mungkin mereka punya alasan tersendiri mengapa mereka melakukannya. Junho yang dia kenal adalah orang yang baik, lucu dan ramah. Tidak mungkin, tidak mungkin ia tega membunuh orang. “Dan karena itu juga Junho terus menolakku! Mungkin dia tidak ingin orang lain terluka karena dia…jadi dia… berusaha melindungiku…”. SooIn terdiam, sebagian besar dari dirinya membenarkan analisanya, sementara sebagian yang lain tetap berpikiran bahwa ia harus menyerah dan berhenti mengejar Junho. “Aaahh!!!” SooIn membekap mulutnya dengan bantal dan berteriak sekuat tenaga. “Apa yang harus kulakukan?” SooIn menatap langit biru dari jendela kamarnya. Berharap suatu saat akan menemukan jawaban untuk masalahnya dari sana. 
Junho’s POV
“Strawberry cake satu, cheese cake satu, strawberry milk shake dua” ujar Junho pada Taemin yang berdiri di balik meja pemesanan. Taemin mencatat pesanan Junho lalu memberikannya pada Jaejoong di dapur. Sambil menunggu pesananku jadi, aku duduk sebentar di bangku bulat yang disediakan di dekat meja. Tanpa sadar aku memandang tempat dimana wanita itu setiap hari duduk sambil sesekali melambaikan tangannya padaku. Kemana dia sekarang? Apa dia akhirnya menyerah?. Seseorang menepuk pundakku, aku menoleh ke arahnya. “Nichkhun-hyung” ucapku. “Kamu merindukannya ya?” tanya Nichkhun hyung. Aku terkejut mendengarnya, “Rindu? Rindu siapa?”. Nichkhun-hyung tersenyum sambil menggerak-gerakkan alisnya meledekku “SooIn-sshi, sudah satu minggu dia tidak kemari. Kurasa kamu menyukainya~”. Aku mengalihkan pandanganku dari Nichkhun-hyung untuk kembali menatap kursi kosong itu.

Menyukainya? Apa itu alasan kenapa aku merasa ada sesuatu yang hilang jika dia tidak ada? “Sepertinya…begitu” ucapku pelan, terlalu pelan untuk Nichkhun-hyung dengar. Taemin datang membawa satu nampan berisi cake dan minuman “Junho-hyung ini pesanannya”. “Terimakasih Taemin-ah” ucapku sambil meraih nampan itu. “Oh iya, ada pesan dari umma untukmu, katanya ‘Aku percaya kamu bisa melindunginya’” Taemin mengikuti mimik wajah dan suara Jaejoong saat menyampaikan pesan itu padanya. “Melindungi?” tanya Nichkhun pada Taemin, tidak memahami maksud pesan Jaejoong. Taemin mengangkat pundaknya mengisyaratkan dirinya pun tidak tahu apa-apa. Di lain pihak, Junho paham kalau yang dimaksud Junho adalah SooIn, selama ini Jaejoong memperhatikan mereka dan tidak mungkin yang dimaksud Jaejoong adalah hal yang lain.
~|~|~|~
Author’s POV
Jam dinding telah menunjukkan pukul 5 sore. Kafe One mendekati waktu tutup, hanya ada 2 pelanggan yang masih berada di dalam kafe. “Aku buang sampah dulu” ujar Junho pada teman-temannya. Ia lalu pergi ke dapur, mengangkat plastik sampah besar berwarna hitam yang ada disana dan membawanya ke tempat sampah yang berada di depan kafe. Tepat saat dia menutup tempat sampah dan berbalik, ia menabrak seseorang. “Maaf, maaf” ujar wanita itu. “Aku yang harus minta maaf. Cheosunghamnida” ujar Junho pada wanita itu. Saat mereka berdua mengangkat wajah mereka, mereka langsung terdiam. Wanita itu adalah SooIn. “J-Junho-sshi” ujar SooIn, suaranya terdengar bergetar. “Lama tak bertemu, SooIn-sshi” jawab Junho. SooIn mengangguk dan tetap menunduk, menolak untuk melihat mata Junho. “Apa kabar?” tanya Junho berusaha membuka pembicaraan, tetapi SooIn tetap terdiam dan terlihat tidak tenang. “A-aku harus pulang. Sampai jumpa” ujar SooIn terburu-buru, ia pun melangkahkan kakinya, menjauh dari Junho secepat mungkin. Junho memandang punggung SooIn yang terlihat makin lama makin menjauh dari dirinya. “Apa kamu sudah menyerah? Apa… kamu membenciku sekarang?” gumam Junho lalu melangkah kembali ke kafe.
~|~|~|~
SooIn’s POV
Sejak tadi malam aku sudah memutuskan untuk melupakannya dan meneruskan kehidupanku, tapi hanya dengan berpapasan dengannya seperti tadi sudah menggoyahkan prinsipku. Kini hatiku berteriak memintaku untuk tidak melupakannya, membuang keputusan itu dan kembali mengejarnya, tetapi pikiranku terus meneriakkan hal yang bertolak belakang. Sebenarnya apa yang kuinginkan?. Aku menghentikan langkahku dan mencari sosok Junho, tetapi dia tidak ada. Hatiku terasa sakit, apa aku tidak berarti apapun baginya? Apa yang kulakukan selama ini sia-sia?. Aku terdiam sejenak, mencoba memikirkan apa yang harus kulakukan. Satu hal terus muncul di kepalaku; pergi ke kafe dan bicara dengan Junho. Aku memegang jantungku yang berdebar sangat keras, mencoba untuk menenangkannya. Setelah menarik nafas panjang, aku melangkahkan kakiku ke kafe. Aku harus bicara dengannya.

Author’s POV
“Oso ose… oh SooIn-sshi!” sapa Nichkhun. Wanita berambut sebahu itu membalas salam Nichkhun dengan senyuman. “Taemin-ah, panggilkan Junho” perintah Nichkhun. Taemin tersenyum dan berlari kecil ke arah meja yang berada di bagian dalam kafe, agak jauh dari meja depan. Tak berapa lama Junho datang dan terkejut untuk melihat SooIn disana. “Aku ingin bicara denganmu sebentar” ujar SooIn lalu menarik tangan Junho keluar dari kafe. Junho yang masih kaget membiarkan SooIn menyeretnya keluar. Beberapa saat sesampainya diluar, SooIn melepaskan tangannya dan terdiam. Junho memutuskan untuk mengambil tindakan lebih dahulu “Apa yang ingin kamu bicarakan?”. “Aku benci padamu!” ucapan SooIn membuat mata Junho terbelalak kaget. “Cara apapun telah kutempuh untuk melupakanmu tapi aku tetap tidak bisa berhenti… menyukaimu” sambung SooIn. Bibirnya bergetar di setiap kata, berusaha mengendalikan emosi yang hampir meledak di hatinya. “Aku tahu… tapi aku tidak boleh menerima perasaanmu SooIn-sshi” jawab Junho, jauh di dalam hatinya ia merasa lega karena SooIn tidak membencinya. SooIn kali ini mengangkat wajahnya untuk menatap mata Junho. Baru pertama kalinya ia mendengar jawaban seperti ini, ‘tidak boleh? berarti dia ingin tetapi ada yang melarangnya…’ asumsi SooIn. Di dalam hati SooIn muncul sedikit kegembiraan, karena itu artinya perbuatannya selama ini tidak sia-sia “Apa artinya, sebenarnya kamu menyukaiku?”.

Junho terdiam, perlahan-lahan ia meletakkan kedua telapak tangannya di kedua pipi SooIn “Iya, aku menyukaimu. Tetapi seseorang sepertiku tidak seharusnya menyukai siapapun”. Ekspresi wajahnya menunjukkan emosi yang bercampur aduk di dalam hatinya; sedih dan kecewa. “Kenapa? Kenapa kamu tidak boleh menyukai siapapun?” tanya SooIn. SooIn bertanya-tanya di dalam hatinya, apakah Junho akan mengatakan hal yang sejujurnya tentang dirinya atau dia akan menjawab dengan kebohongan. “Karena... karena aku hanya akan membahayakan orang-orang disekitarku” jawab Junho, sorot matanya memancarkan rasa sayang yang tulus dari dalam hatinya, juga kekecewaan dan keputusasaan.

“Aku percaya padamu” ujar SooIn. “Aku percaya tidak akan terjadi hal buruk jika aku bersamamu. Andaikan itu terjadi, aku percaya kamu pasti bisa melindungiku” sambungnya. “SooIn-sshi, kamu tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, aku…” SooIn menyelak kalimat Junho “Kenapa kamu mengatakan kalau kamu menyukaiku tetapi kamu bersikeras untuk mendorongku jauh-jauh? Berhenti membuatku bingung”. SooIn memegang kedua tangan Junho “Berikan kesempatan untukku, untuk kita. Kita tidak akan tahu sebelum kita mencoba. Hm?”. Junho menatap mata SooIn yang bulat dan penuh harapan, merasakan tangan yang lembut dan hangat menggenggam tangannya dengan erat. “Jika nanti aku menyakitimu, jangan ragu untuk memukulku dan memarahiku. Jika nanti aku tiba-tiba menghilang, jangan tunggu aku dan lanjutkan hidupmu” ujar Junho dengan lembut. Junho meletakkan tangan SooIn ke dadanya dan tersenyum “Mulai saat ini, neo ege nae maeumeun julkkeoya (kuberikan hatiku padamu)”. Tanpa terasa SooIn menangis terharu, akhirnya semua perjuangannya tidak sia-sia. Junho mendekatkan wajahnya ke SooIn seolah akan menciumnya. SooIn pun dengan senang hati menutup matanya. Tapi tiba-tiba….
GUBRAK!!
SooIn dan Junho kaget dan mencari sumber suara tersebut. Ternyata itu suara teman-teman Junho yang terjatuh saat menguping pembicaraan mereka. “Hyung! Makanya jangan dorong-dorong!” keluh Taemin pada Junsu. “Habisnya aku tidak bisa mendengar yang mereka bicarakan dengan jelas!” ujar Junsu membela diri. “Namanya juga menguping, pasti tidak jelas. Kalau mau jelas ya datangi langsung” ucap Jaejoong sambil berusaha mengangkat badannya untuk bangun tapi tertahan oleh tubuh Junsu dan Taemin. “Ka-kalian… b-bangun, berat, aku mati nanti” rintih Nichkhun yang tertiban oleh Taemin, Jaejoong dan Junsu. Junsu, Jaejoong dan Taemin dengan susah payah menyingkir dari atas tubuh Nichkhun. Nichkhun pun bisa bernafas lega “Duh, maaf ya Junho-ya, kami membuat ciuman pertamamu tertunda”. Seketika wajah SooIn dan Junho memerah karena malu. “Ayo ayo, jangan ganggu mereka lagi” ujar Jaejoong sambil menggiring Junsu, Taemin dan Nichkhun ke dalam. “Silakan dilanjut! Hehe” seru Junsu sebelum menutup pintu kafe. Junho dan SooIn tersenyum malu, tangan mereka kini bergandengan. “Mungkin lain kali” bisik Junho sebelum mencium pipi wanita yang telah menjadi kekasihnya sekarang.
 

[FF] Kimi no Tame ni. Chapter 1

Main Casts : 
1. Lee junho (2 PM)
2. Park SooIn (OC)

Side Casts : 1. Park Yoochun (DBSK)
2. Kim Jaejoong / Hero (DBSK)
3. Kim Junsu (DBSK)
4. Shim Changmin (DBSK)
5. Lee Taemin (SHINee)
6. Nichkhun Horvejkul (2 PM)


SooIn’s POV
Sudah satu bulan ini aku terus datang ke ‘One’, sebuah kafe di dekat kantorku. Alasannya bukan hanya karena makanannya yang enak, tapi juga karena seseorang disana telah menarik perhatianku. Aku, Park SooIn yang selama ini menganggap cinta itu merepotkan dan sebaiknya dihindari, telah dibuatnya menelan kata-kataku sendiri. Seseorang dengan mata sipit, tubuh tegap dan senyum yang menawan. Seseorang yang pernah membantuku ketika aku diserang preman di jalan saat aku pulang lembur dari kantor. Lee junho. Dia bekerja di One sebagai seorang pelayan. Aku sudah berkali-kali mengajaknya kencan tapi dia terus menolakku. Sampai sekarang aku tidak mengerti, padahal aku lumayan cantik, ya… setidaknya cocok untuk berdiri di sampingnya. “Huff…” aku menghela nafas panjang. “Maaf ya, SooIn-sshi…” ucap Junho sambil sedikit menundukkan kepalanya dan meninggalkan mejaku.

Ahh… lagi-lagi aku ditolak. Ini sudah ke-23 kalinya sejak aku bertemu dengannya. Aku menundukkan kepalaku dan memandang pangkuanku. Sebenarnya apa yang salah denganku? Sepertinya aku tidak kekurangan apapun, atau mungkin ada sesuatu di diri Junho? Sesuatu yang membuatnya tidak ingin memiliki hubungan percintaan dengan siapapun. Apa ada sesuatu seperti itu? Oh, jangan-jangan Junho phobia jatuh cinta? Err, apa itu istilahnya… Philophobia!

“SooIn-sshi~” seseorang memanggilku dari belakang. “Ah, Jaejoong-sshi annyeong” sapaku padanya. Jaejoong bekerja sebagai chef di kafe ini, dan harus kuakui kue buatannya lebih enak dari kue buatanku. Jaejoong tersenyum manis “Menemui Junho lagi?. Aku mengangguk. “Ditolak lagi?” tanya Jaejoong lagi. Aku menganggukkan kepalaku lagi. Ini sudah ke-21 kalinya dia mempertanyakan hal seperti ini padaku. “Aww… jahat sekali sih Junho itu” ujarnya. Kulihat dari kejauhan Junho menghentikan langkahnya lalu bersin beberapa kali. “Jaejoong-sshi, apa boleh aku tanya sesuatu?” tanyaku pada Jaejoong. “Tentu, apa?” ucapnya sambil menyilangkan kedua lengannya dan memandangku. “Junho itu… tidak philophobia kan?” tanyaku.

Jaejoong mengernyitkan alisnya sambil berpikir sejenak tidak beberapa lama kemudian dia tertawa sambil menutupi mulutnya dengan telapak tangannya. “Tidak, tidak… dia tidak phobia cinta” lalu Jaejoong tersenyum. Jaejoong-sshi itu manis, baik dan ramah tapi sayang hatiku sudah milik Junho hehe. “Jangan menyerah ya, SooIn-sshi” ucap Jaejong sambil menepuk pundakku. “NE! Aku tidak akan menyerah! HWAITING!” seruku sambil mengepalkan tanganku ke udara. Dalam sekejap beberapa pasang mata tertuju ke arahku, memandangku dengan aneh. Ya Tuhan aku malu sekali “Cheosunghamnida.. cheosunghamnida” ucapku sambil menundukkan kepalaku ke arah mereka. Kulihat Jaejoong kembali tertawa melihat tingkahku “Nde, hwaiting!” ujarnya. Lalu ia melambaikan tangannya dan kembali ke dapur tempat dia bekerja.

Hmm… mungkin… aku harus menyelidiki hal ini sendiri. Ya! Aku harus menyelidiki ini, aku akan mengikuti Junho setelah kafe ini tutup. Mungkin dengan begitu aku bisa mengetahui hal apa yang menyebabkan Junho terus menolakku. Sudah diputuskan! Aku akan mebuntuti kemanapun Junho pergi, mulai dari sore ini. Jika 1 hari tidak cukup maka aku akan terus mengikutinya sampai akhirnya aku menemukan jawabannya! Hahaha aku pintar~ eh, tapi… bukankah menjadi stalker itu perbuatan kriminal? Ah tidak apa-apa aku jadi kriminil, yang penting aku bisa mendapatkan Junho~ hehe.
~|~|~|~
Author’s POV
Kafe One, terkenal sebagai kafe dengan cake dan pastry mereka yang enak dan juga pelayan-pelayan yang bekerja disana. Semua pekerja disana adalah pria berwajah tampan dan bertubuh atletis. Setiap hari kafe ini dikunjungi oleh banyak orang terutama kaum hawa. Memang dari luar kafe ini terlihat seperti kafe yang biasa-biasa saja, yang berbeda dari kafe ini adalah pekerjaan sampingan dari para pelayannya. Di malam hari, mereka akan berubah dari pelayan-pelayan yang manis menjadi sekelompok pembunuh berdarah dingin.

“Umma, apa kamu melihat pisau belatiku?” tanya Nichkhun pada Jaejoong. “Hm? Tadi aku melihatnya di atas meja di kamarmu… coba cek lagi” jawab Jaejoong sambil tetap mengelap pistol AK-47 miliknya. “Hei emperor~” Junsu mengacak-acak rambut Junho lalu mendaratkan butt agak terlalu besarnya ke sofa. Sofa yang maksimal untuk 4 orang pun terasa terlalu penuh karena diduduki oleh 2 orang berpantat berlebihan dan 2 orang berukuran standar. “Aish Junsu-hyung sempit” keluh Junho sambil menggeser-geserkan posisinya agar muat. “Aku tergenceeet, astaga umma toloong~” teriak Taemin yang terperangkap diantara Junsu dan Junho. “Aku juga tergencet Taemin-ah” ucap Jaejoong sambil berusaha melepaskan diri dari sofa yang overload. Saat telepon genggam Jaejoong bergetar di saku celananya, Junho tertawa geli “Haha, umma hp-mu bergetar.. haha”. Jaejoong dengan sigap mendorong tubuhnya keluar dari himpitan antara sofa dengan tubuh Junho dan mengangkat teleponnya “Halo, sajangnim”.

“Hello, Jaejoong” ujar penelepon itu dengan bahasa Inggris “Ada misi untukmu, cek e-mailmu sekarang aku sudah mengirim data-datanya” sambungnya. “Ne, akan kulaksanakan” jawab Jaejoong singkat. “Oh ya, Jaejoong hyung…bilang pada anak-anak aku akan mampir akhir minggu ini” nada bicara penelepon itu terdengar bersahabat. “Iya, akan kusampaikan Chunnie” jawab Jaejoong. Setelah mengucapkan terimakasih, Yoochun menutup teleponnya. Park Yoochun, adalah boss mereka yang juga adalah sahabat Jaejoong dan Junsu sejak masa SMA. Walaupun mereka bersahabat, tapi mereka dapat memberi batas jelas antara persahabatan dan bisnis.Diluar pekerjaan, Yoochun telah menganggap Jaejoong dan member Rising lainnya sebagai saudaranya sendiri. Karena itu para member Rising juga menyayangi Yoochun seperti Yoochun menyayangi mereka.

Gyoza - Siomay Jepang


Membuat Gyoza isi Ayam dan Udang~

Resep malam ini adalah gyoza ayam udang. Gyoza adalah masakan Cina dan terkenal di
Jepang, mirip dengan siomay (atau pangsit) di Indonesia. Dimasak dengan setengah digoreng dan setengah dikukus. *Nah lho, apa coba :)*
Beberapa hal yang perlu disiapkan untuk membuat gyoza, adalah kulit dan isi. Kulit gyoza yang halal (di Tokyo) bisa didapatkan di toko sayur di Hanamasa - Touritsu Daigaku atau di toko sayur depan RS
Takatsu. Atau, kalau perlu membuat kulitnya sendiri, resepnya bisa dilihat di sini. Resep gyoza malam ini juga dimodifikasi dari resep tersebut dan resep siomay-nya Puri.

Berikut ini bahan-bahan yang
perlu disiapkan (untuk 35 gyoza):
- Udang 150 - 200 gram
- Ayam 150 - 200 gram
- Kol beberapa helai (yang penting komposisinya imbang dengan komposisi ayam & udang)
- Bawang daun beberapa helai
- Telur 1 buah
- Tepung terigu 1 sendok makan
- Garam dan merica
- (Boleh juga ditambah) jahe bubuk dan bawang putih bubuk masing-masing 1 sdt

Cara membuat bagian isi:
1. Cincang udang dan ayam
2. Potong kol dan bawang daun kecil-kecil
3. Campurkan (1) dan (2) di dalam mangkok besar, masukkan telur dan tepung terigu. Aduk rata.
4. Beri garam dan merica secukupnya, aduk rata.

Cara memasaknya:
1. Masukkan bagian isi kurang lebih satu sendok makan ke dalam kulit gyoza (kulit gyoza ini biasanya berbentuk lingkaran)
2. Tutup kulit dengan cantik sehingga berbentuk setengah lingkaran
3. Siapkan minyak dalam wajan, sedikit saja yang penting wajan terolesi minyak
4. Dengan api cukup besar,masukkan gyoza
5. Jika bagian gyoza yang menempel pada wajan sudah berubah menjadi coklat, kecilkan api lalu  masukkan air sehingga ketinggiannya kurang lebih setengah tebal gyoza
6. Tutup wajan, biarkan hingga air menguap seluruhnya
7. Angkat, hidangkan dengan shoyu

Salah satu hal yang perlu diperhatikan ketika menggoreng gyoza ini adalah usahakan bagian yang menyentuh permukaan wajan hanyalah bagian perut gyoza (bagian yang terdapat isi). Jika bagian tutup
pinggir juga menyentuh permukaan wajan, bagian tersebut akan terminyaki namun minyak tersebut tidak mengering.

Akibatnya, ketika air sudah  menguap seluruhnya, bagian ini akan tetap terasa berminyak dan tidak terkukus dengan baik.

source : blog

Takoyaki



Takoyaki (たこ焼き?) nama makanan asal daerah Kansai di Jepang, berbentuk bola-bola kecil dengan diameter 3-5 cm yang dibuat dari adonan tepung terigu diisi potongan gurita di dalamnya.

Ciri khas

Takoyaki biasanya dijual sebagai jajanan di pinggir jalan untuk dinikmati sebagai cemilan. Takoyaki biasa dijual dalam bentuk set dengan 1 set berisi 5, 6, 8 hingga 10 buah takoyaki yang disajikan di atas lembaran plastik berbentuk perahu atau dimasukkan ke dalam kemasan plastik transparan untuk dibawa pulang. Sewaktu ada matsuri sering dijumpai kios penjual takoyaki sebesar bola tenis (jambotako) yang menjual takoyaki secara satuan.
Takoyaki dimakan dengan menggunakan tusuk gigi, tapi di Tokyo dimakan dengan menggunakan sumpit sekali pakai. Penjual takoyaki selalu memberikan 2 batang tusuk gigi untuk satu orang, karena takoyaki yang ditusuk dengan sebatang tusuk gigi bisa berputar-putar sewaktu diangkat dan jatuh sebelum masuk ke mulut.
Pada mulanya, takoyaki dijual dengan menggunakan tusukan bambu dengan isi 3 buah per tusuk. Di sekitar tahun 2000 masih bisa dijumpai sebuah kios yang menjual takoyaki dengan tusukan bambu di Prefektur Aichi, tapi sekarang sudah tutup dengan alasan usia lanjut penjualnya.
Harga takoyaki bisa berbeda-beda bergantung wilayah dan kios yang menjual. Satu set berisi 5-8 buah takoyaki biasa dihargai antara 200 yen hingga 400 yen. Di daerah Kansai, harga bisa menjadi lebih murah akibat persaingan ketat di antara penjual.
Di kota Osaka, kios penjual takoyaki bisa dengan mudah dijumpai di mana-mana. Penjual dengan kios yang agak luas kadangkala menyediakan ruangan khusus untuk makan takoyaki, tapi takoyaki sering dinikmati secara santai sambil berdiri, berjongkok atau dimakan sambil berjalan. Pembeli bisa menonton penjual yang sedang membolak-balik takoyaki agar bulat seperti bola sambil menunggu pesanannya jadi. Takoyaki sebaiknya dinikmati di tempat dalam keadaan panas-panas, walaupun pembeli sering meminta dibungkus untuk dibawa pulang.
Takoyaki merupakan jajanan populer yang dijual kios pasar kaget (yatai) sewaktu hatsumode (kunjungan pertama ke kuil di awal tahun baru) dan berbagai matsuri. Toko makanan ringan tradisional (dagashiya) yang merupakan tempat jajan anak sekolah sering menjual takoyaki dengan harga yang lebih murah.
Kios takoyaki bisa dijumpai di toko swalayan di kota-kota besar di Jepang. Di toko swalayan bisa dijumpai takoyaki sebagai makanan beku yang tinggal dipanaskan dengan oven microwave.
Setiap rumah di Osaka biasanya dimiliki wajan (loyang) untuk membuat sendiri takoyaki di rumah. Sebagai makanan kebanggaan yang sering dijadikan lauk untuk makan nasi putih, penduduk Osaka biasanya baik perempuan maupun laki-laki tahu cara membuat dan bisa memanggang takoyaki. Bahan-bahan untuk membuat takoyaki tersedia secara lengkap di toko. Wajan takoyaki merupakan salah satu perabot rumah tangga yang harus dihadiahkan orangtua kepada anak perempuan yang menjadi pengantin.
Bahan rahasia (seperti baking powder) atau asinan jahe berwarna merah (benishōga) sering pula dicampurkan ke dalam adonan. Penjual yang senang berkreasi kadangkala menambahkan keju atau konnyaku ke dalam takoyaki.
Saus yang dipakai biasanya adalah saus okonomiyaki walaupun ada juga saus khusus untuk takoyaki yang rasanya tidak jauh berbeda dengan saus okonomiyaki.
Takoyaki dengan isi yang disukai penduduk setempat (kadang-kadang tanpa gurita) berusaha diperkenalkan di negara-negara yang penduduknya merasa ngeri memakan gurita.

source : wikipedia

 

Okonomiyaki - Telor Dadar + Kol~



Okonomiyaki (お好み焼き?) adalah makanan Jepang dengan bahan tepung terigu yang diencerkan dengan air atau dashi, ditambah kol, telur ayam, makanan laut atau daging babi dan digoreng di atas penggorengan datar yang disebut teppan.
Okonomiyaki adalah salah satu jenis masakan teppanyaki yang bisa dimakan begitu saja atau sebagai lauk teman nasi putih. Okonomiyaki sering dimakan dngan sendok datar yang disebut kote (hera) yang juga berfungsi sebagai sodet sewaktu membalik okonomiyaki.
Dalam bahasa Jepang, okonomi berarti "suka-suka" (yang disuka, yang diinginkan) dan yaki berarti "panggang" (istilah "goreng" hanya digunakan di Jepang bila makanan digoreng dengan minyak yang sangat banyak). Sesuai dengan namanya, lapisan atas (topping) okonomiyaki bisa disesuaikan dengan selera orang yang mau memakan.
Berdasarkan cara pembuatan dan bahan yang digunakan, okonomiyaki dibagi menjadi dua jenis:
irisan kol dicampur dengan adonan seperti sewaktu membuat puyonghai
irisan kol hanya diletakkan di atas adonan yang dilebarkan di atas penggoreng seperti sewaktu membuat panekuk.
Tepung okonomiyaki siap pakai sudah mengandung baking powder, garam dan dashi agar okonomiyaki yang dihasilkan tidak keras. Parutan sejenis umbi bernama yamaimo sering ditambahkan ke dalam adonan okonomiyaki agar okonomiyaki menjadi lebih enak.

source : wikipedia

Gyudon



Gyūdon (牛丼?, sapi, mangkuk) atau beef bowl adalah makanan Jepang jenis Donburi berupa semangkuk nasi putih yang di atasnya diletakkan irisan daging sapi bagian perut dan bawang bombay yang sudah dimasak dengan kecap asin dan gula. Sebagai penyedap, di atasnya sering ditambahkan asinan jahe (benishōga), campuran rempah dan cabai yang disebut shichimi, atau telur ayam mentah sesuai selera.
Gyūdon berasal dari makanan yang disebut Sukiyakidon (sukiyaki donburi), sehingga sering dijumpai gyudon yang memakai shirataki seperti halnya sukiyaki.

Miso Soup - penambah nafsu makan



Sup miso (味噌汁 miso shiru?) adalah masakan Jepang berupa sup dengan bahan dasar dashi ditambah isi sup berupa sedikit makanan laut atau sayur-sayuran, dan diberi miso sebagai perasa. Sup miso dinikmati dengan mengangkat mangkok sup dan meminum kuahnya, sedangkan isi sup dimakan menggunakan sumpit.
Pada umumnya sup miso dihidangkan bersama nasi putih sebagai menu sarapan pagi di banyak rumah-rumah di Jepang. Sup miso biasanya dimakan di rumah, walapun ada juga sup miso yang dihidangkan di warung atau restoran tradisional Jepang (ryotei). Sup miso instan adalah sup miso dalam kemasan yang cukup diseduh dengan air panas.
Sup miso merupakan masakan sangat sederhana yang sangat mudah disiapkan dalam waktu singkat, bahan-bahannya pun hanya berupa kaldu dari katsuobushi, sedikit isi sup, dan miso. Walaupun sup miso adalah masakan paling sederhana, rasa yang dihasilkan bisa berbeda-beda tergantung pada jenis miso yang digunakan untuk sup, cara mengambil kaldu dari katsuobushi dan keterampilan orang yang membuatnya.
Pada kebudayaan Jepang yang menjadikan nasi atau nasi dari berbagai jenis padi-padian sebagai makanan utama, sup miso mempunyai peran penting sebagai makanan pendamping yang paling utama. Pada umumnya, makanan utama sehari-hari orang Jepang sejak zaman dulu disebut 一汁一菜 (ichijū issai?) yakni satu set berupa nasi dengan sup seperti sup miso dan satu jenis lauk.

Fungsi

Di dalam budaya makan Jepang yang biasanya rendah protein, sup miso berfungsi sebagai penambah nafsu makan, sumber protein, dan sumber garam. Sup miso berbeda fungsinya dengan sup dalam budaya makan Eropa. Di dalam budaya Jepang, sup miso bukan dipakai sebagai kuah untuk makan nasi, berbeda dengan makan Eropa yang menempatkan roti adalah makanan utama sedangkan sup dibuat untuk menikmati roti yang sudah agak keras.
Miso adalah bumbu masak yang aromanya mudah hilang jika lama dimasak dengan suhu tinggi, sehingga api harus segera dimatikan pada saat sup mulai mencapai titik didih. Sup miso mempunyai berbagai macam nama bergantung pada isi, misalnya Kenchin-jiru (isi sayur-sayuran saja), Butajiru atau Tonjiru (isi sayur-sayuran dan daging babi), Sampe-jiru (isi ikan Salmon asin) dan sebagainya. Masakan Jepang yang disebut Nabe walaupun ditambah dengan miso tidak dianggap sebagai sup miso.

source : wikipedia

 

Samgyetang - Chicken Soup with Ginseng~

Samgyetang (perut ayamnya diisi, tapi knapa jadi nyungsep gini LOL)


Samgyetang (diucapkan [samgjetʰaŋ]) adalah sup ayam ginseng masakan Korea. Sup ini berisi ayam muda dalam keadaan utuh yang direbus dengan api kecil selama 2-3 jam hingga empuk. Seporsi sup dalam panci kecil biasanya dimakan oleh satu orang.
Samgyetang dimakan dengan dengan tambahan merica, garam, dan kimchi yang disediakan di atas meja. Ayam sudah direbus hingga empuk hingga daging mudah lepas dari tulang. Kuah sup biasanya tidak semua diminum. Setelah daging ayam habis, nasi dimasukkan ke dalam sup.
Setelah isi perut ayam dikeluarkan, ke dalam perut ayam dimasukkan ketan yang sudah direndam sebelumnya dan ramuan tanaman obat yang dipercaya bermanfaat untuk kesehatan. Selain ginseng, Di antara ramuan yang sering dicampurkan adalah kastanye, kacang cemara, buah jujuba kering, bawang putih, daun bawang, dan jahe. Bergantung pada resepnya, tanaman obat seperti gugija (goji), dangsam (akar Codonopsis pilosula), atau danggwi (tang kuei atau Angelica sinensis). Tanaman obat dicampurkan dalam keadaan utuh (tidak dipotong-potong) agar khasiatnya maksimal.
Samgyetang adalah makanan tradisional yang bergizi di musim panas sehingga tubuh yang selalu berkeringat tidak menjadi lemas. Orang Korea biasanya memakan samgyetang pada tiga hari istimewa di musim panas: chobok, jungbok, dan malbok yang merupakan tiga hari terpanas dalam setahun.
Seperti halnya sup ayam yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit di kebudayaan Barat, samgyetang bukan hanya dimakan di Korea untuk mengobati penyakit. Protein dan mineral dari seekor ayam utuh yang direbus dengan tanaman obat dipercaya bisa mencegah penyakit.
Di Korea terdapat rumah makan yang menunya hanya menyediakan samgyetang. Walaupun demikian, rumah makan khusus samgyetang seperti itu terus ramai oleh pembeli karena resep samgyetang dan ramuan obat yang dijaga sebagai rahasia perusahaan. Minuman sewaktu makan samgyetang biasanya adalah anggur ginseng.

Ramen!



Ramen (拉麺;ラーメン?) adalah masakan mi kuah Jepang yang berasal dari Cina. Orang Jepang juga menyebut ramen sebagai chuka soba (中華そば soba dari Cina?) atau shina soba (支那そば?) karena soba atau o-soba dalam bahasa Jepang sering juga berarti mi.

Ciri khas

Rebusan mi hasil buatan tangan atau buatan mesin diceburkan ke dalam sebuah mangkuk berisi kuah yang dibuat dari berbagai jenis kaldu (umumnya dengan dasar kaldu babi). Pada umumnya chasiu, menma, dan irisan daun bawang ditambahkan di atas mi sebagai lauk atau penyedap.

Mi yang biasanya berwarna kuning dibuat dari terigu dengan kadar gluten tinggi ditambah air dan bahan kimia tambahan seperti potasium karbonat, natrium karbonat dan kadang-kadang asam fosfat. Bahan-bahan kimia yang bersifat alkali mengubah sifat alami gluten dalam tepung terigu dan membuat mi menjadi kenyal sekaligus mengaktifkan senyawa flavonoid yang terkandung dalam tepung terigu sehingga mi berwarna kuning. Perbandingan air dan tepung terigu adalah kira-kira 1 : 35%, semakin banyak air maka semakin lunak pula mi yang dihasilkan.

Pada zaman dulu pembuatan mi di Cina menggunakan air asin dari danau Kan di pedalaman Mongolia yang mengandung garam mineral alami. Di Jepang, bahan kimia tambahan untuk membuat mi sampai sekarang ini masih disebut kansui (鹹水, secara harafiah: air dari Danau Kan). Seusai Perang Dunia II, bahan kimia tambahan untuk mi yang berbahaya untuk kesehatan banyak beredar di pasaran, tapi sekarang bahan kimia tambahan sudah diatur dalam standar JAS. Bahan kimia tambahan untuk mi juga mempunyai bau tidak enak yang sering tidak disukai orang, sehingga di Jepang juga dibuat mi yang menggunakan telur sebagai pengganti bahan kimia.

Di atas ramen umumnya ditambahkan penyedap berupa beraneka ragam lauk seperti: chasiu, menma, telur rebus, sayuran hijau (seperti bayam), irisan daun bawang, nori, atau narutomaki sebagai hiasan. Telur rebus untuk ramen biasanya berwarna coklat karena direbus di dalam kuah bekas rebusan chasiu. Sayuran sekaligus penyedap yang paling umum untuk ramen adalah irisan daun bawang. Sebelum ditambahkan ke dalam ramen, sebagian penjual ramen lebih dulu menggoreng irisan daun bawang di dalam minyak goreng.

 

Kuah

Ramen adalah makanan rakyat banyak di Jepang. Kuah ramen mempunyai banyak sekali variasi rasa yang ditentukan oleh jenis kaldu yang digunakan, bumbu dan lauk yang ditambahkan di atas mi. Bahan-bahan produksi lokal dari berbagai daerah sering digunakan untuk menghasilkan rasa lokal yang khas dan disukai penduduk setempat.
Kaldu untuk kuah bisa diambil dari campuran berbagai bahan seperti tulang babi, tulang sapi, tulang ayam, katsuobushi, sababushi, niboshi, konbu, kacang kedelai gongseng, shiitake, bawang bombay atau daun bawang.
Ramen bisa digolongkan berdasarkan jenis-jenis kuah misalnya kuah rasa kecap asin, kuah rasa tonkotsu (tulang babi), rasa shio (garam), dan rasa miso

source : wikipedia